Apa yang kita dengarkan ketika seorang diri mengendarai mobil, atau seorang diri di kamar? Kita mungkin memutar bacaan Al-Quran (murattal), lagu-lagu ruhani atau lagu-lagu cinta. Apa yang kita putar menunjukkan kondisi spiritual kita. Demikian juga, apa yang kita lakukan di waktu senggang menunjukkan kualitas keimanan diri kita saat itu.
Jika jiwa kita merasa senang dan tenteram mendengar murattal Al Quran, senang mendengar syeikh Sudais, Shuraim, Matrud, berarti kondisi spiritual kita sedang sangat prima. Bersyukurlah, dan pertahankan! Kita sedang merasakan nikmatnya ekstasi jiwa, tubuh kita banyak memproduksi hormon endorfin yang menenangkan.
Jika kita lebih senang mendengar nasyid atau lagu ruhani, bersyukurlah juga berarti kondisi spiritual baik dan cukup prima. Apalagi jika senang mendengarkan lagu-lagu perjuangan, renungan tentang kehidupan, pujian kepada Allah, atau shalawat yang diiringi kerinduan berjumpa dengan Rasulullah SAW.
Pada derajat yang lebih rendah, kita lebih senang mendengar lagu-lagu ruhani yang berkaitan tentang percintaan dan romantisme. Masih bagus juga, koq.
Pada kondisi maknawiyah yang di bawahnya lagi, jiwa ini senang mendengar instrumentalia, yang kita anggap sebagai refleksi suara alam. Sebagian dari kita berargumen bahwa, beberapa jenis instrumentalia bisa berfungsi sebagai hypno-therapy, karena dapat menyesuaikan gelombang otak mencapai gelombang alpha yang menenangkan. Namun ternyata, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Malaysia, mendengarkan murottal dapat secara cepat mencapai gelombang alpha, bahkan membaca atau mendengar Al Quran dengan penghayatan yang kuat bisa mencapai kondisi trans (delta), seperti rasa haru, menangis dan khusyu’ yang dalam. Penelitian lain menunjukkan, dampak menenangkan dari mendengar murottal lebih kuat dan lebih lama daripada menggunakan musik instrumentalia. Seseorang yang mengendarai kendaraan diiringi dengan mendengar murattal, maka ia akan lebih konsentrasi dan tidak mudah mengantuk.
Pada kondisi spiritual terlemah, jiwa ini lebih suka mendengar lagu-lagu percintaan barat maupun Indonesia. Lagu-lagu dengan berbagai jenis musik kontemporer, seringkali menggunakan bit yang cepat dan baru bagus jika didengarkan dengan power yang kuat dan sound system yang berkualitas tinggi. Seringkali syairnya hanya berisi syahwat, mengumbar nafsu, dan terkadang melabrak rambu-rambu moral. Lagu-lagu seperti ini dalam jangka panjang akan membawa pikiran sadar maupun bawah sadar kepada gelombang beta yang memiliki karakteristik meningkatkan tingkat depresi, rasa resah, lelah.
Ketika kita memiliki waktu luang, untuk apa kita gunakan? Ketika banyak kita gunakan untuk nonton TV, banyak bengong dan tidur menunjukkan kondisi ruhiyah yang lemah. Seringkali muncul pikiran berkecamuk hebat, dengan tingkat depresi tinggi, namun tidak tahu harus berbuat apa, dan pada akhirnya tingkat produktifitas diri menjadi rendah.
Sebaliknya, jika kita memiliki kondisi ruhiyah yang prima, waktu demi waktu berjalan demikian berharga dan menyenangkan. Sebagian waktu malam kita gunakan untuk kontemplasi, dimana sejuknya embun iman terasa mengisi relung-relung jiwa. Shalat fajar sangat sayang untuk ditinggalkan karena lebih baik dari dunia dan seisinya. Perjalanan menuju mesjid untuk shalat shubuh berjama’ah menjadi saat-saat yang indah. Kaki melangkah dengan satu kebaikan di tiap langkahnya, sembari bergumam: “Allahummaj’al fii qolbii nuuro, wa fii lisaani nuuro…..“.
Keimanan pada sunnah Rasulullah menjadikan kita enggan untuk langsung tidur habis shalat shubuh. Tidur sehabis shubuh adalah menolak rizki, sebagaimana tidur antara ashar dan maghrib dapat menjadi pintu datangnya penyakit. Waktu yang Allah sediakan antara shubuh hingga dhuha, sangat nikmat kita gunakan membaca wirid Al Ma’tsurat Kubro disambung dengan tilawah Al Quran beberapa lembar. Betapa nikmatnya hari yang diawali dengan amalan ibadah seperti ini.
Melaksanakan hal di atas pasti berat jika belum terbiasa, namun jika sudah menjadi kebiasaan akan sangat luar biasa untuk kehidupan kita. Jika tidak ada keperluan penting, jangan tidur terlalu malam agar dapat bangun dini hari dalam keadaan segar. Serta hindari maksyiat, perbanyak istighfar, insya Allah kita akan dimudahkan untuk melaksanakan semua kebaikan di atas. Wallahu a’lam.
Jika kita lebih senang mendengar nasyid atau lagu ruhani, bersyukurlah juga berarti kondisi spiritual baik dan cukup prima. Apalagi jika senang mendengarkan lagu-lagu perjuangan, renungan tentang kehidupan, pujian kepada Allah, atau shalawat yang diiringi kerinduan berjumpa dengan Rasulullah SAW.
Pada derajat yang lebih rendah, kita lebih senang mendengar lagu-lagu ruhani yang berkaitan tentang percintaan dan romantisme. Masih bagus juga, koq.
Pada kondisi maknawiyah yang di bawahnya lagi, jiwa ini senang mendengar instrumentalia, yang kita anggap sebagai refleksi suara alam. Sebagian dari kita berargumen bahwa, beberapa jenis instrumentalia bisa berfungsi sebagai hypno-therapy, karena dapat menyesuaikan gelombang otak mencapai gelombang alpha yang menenangkan. Namun ternyata, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Malaysia, mendengarkan murottal dapat secara cepat mencapai gelombang alpha, bahkan membaca atau mendengar Al Quran dengan penghayatan yang kuat bisa mencapai kondisi trans (delta), seperti rasa haru, menangis dan khusyu’ yang dalam. Penelitian lain menunjukkan, dampak menenangkan dari mendengar murottal lebih kuat dan lebih lama daripada menggunakan musik instrumentalia. Seseorang yang mengendarai kendaraan diiringi dengan mendengar murattal, maka ia akan lebih konsentrasi dan tidak mudah mengantuk.
Pada kondisi spiritual terlemah, jiwa ini lebih suka mendengar lagu-lagu percintaan barat maupun Indonesia. Lagu-lagu dengan berbagai jenis musik kontemporer, seringkali menggunakan bit yang cepat dan baru bagus jika didengarkan dengan power yang kuat dan sound system yang berkualitas tinggi. Seringkali syairnya hanya berisi syahwat, mengumbar nafsu, dan terkadang melabrak rambu-rambu moral. Lagu-lagu seperti ini dalam jangka panjang akan membawa pikiran sadar maupun bawah sadar kepada gelombang beta yang memiliki karakteristik meningkatkan tingkat depresi, rasa resah, lelah.
Ketika kita memiliki waktu luang, untuk apa kita gunakan? Ketika banyak kita gunakan untuk nonton TV, banyak bengong dan tidur menunjukkan kondisi ruhiyah yang lemah. Seringkali muncul pikiran berkecamuk hebat, dengan tingkat depresi tinggi, namun tidak tahu harus berbuat apa, dan pada akhirnya tingkat produktifitas diri menjadi rendah.
Sebaliknya, jika kita memiliki kondisi ruhiyah yang prima, waktu demi waktu berjalan demikian berharga dan menyenangkan. Sebagian waktu malam kita gunakan untuk kontemplasi, dimana sejuknya embun iman terasa mengisi relung-relung jiwa. Shalat fajar sangat sayang untuk ditinggalkan karena lebih baik dari dunia dan seisinya. Perjalanan menuju mesjid untuk shalat shubuh berjama’ah menjadi saat-saat yang indah. Kaki melangkah dengan satu kebaikan di tiap langkahnya, sembari bergumam: “Allahummaj’al fii qolbii nuuro, wa fii lisaani nuuro…..“.
Keimanan pada sunnah Rasulullah menjadikan kita enggan untuk langsung tidur habis shalat shubuh. Tidur sehabis shubuh adalah menolak rizki, sebagaimana tidur antara ashar dan maghrib dapat menjadi pintu datangnya penyakit. Waktu yang Allah sediakan antara shubuh hingga dhuha, sangat nikmat kita gunakan membaca wirid Al Ma’tsurat Kubro disambung dengan tilawah Al Quran beberapa lembar. Betapa nikmatnya hari yang diawali dengan amalan ibadah seperti ini.
Melaksanakan hal di atas pasti berat jika belum terbiasa, namun jika sudah menjadi kebiasaan akan sangat luar biasa untuk kehidupan kita. Jika tidak ada keperluan penting, jangan tidur terlalu malam agar dapat bangun dini hari dalam keadaan segar. Serta hindari maksyiat, perbanyak istighfar, insya Allah kita akan dimudahkan untuk melaksanakan semua kebaikan di atas. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar