Senin, 24 September 2012

Pesan dan Kesan Spiritual Healing Batam


Peserta minimal PLx (Manajer) aktif, bahkan sebagian besar berperingkat Pengarah dan agenstok. Jumlah peserta 70 orang... Peserta hanya diberi waktu 2 menit utk menulis pesan dan kesan.

Insya Allah tanda-tanda KC Batam akan menjadi No. 1 mengalahkan Palembang.

Jarmiasih,
Subhanallah, saya belum pernah ikut pelatihan seperti ini dan sebahagia sekarang ini. Pelatihan ini membuat air mata selalu menetes. Semoga HPAI melalui mentor2 yg bersih jiwanya bisa membawa Islam ke arah kejayaan, Amien.

Syafariyani
Subhanallah... saat saya berada dalam training ini saya merasakan hal yang sangat luar biasa. Saya yakin sekali bahwa saya beruntung berada dan duduk di dalam gedung ini mendengarkan dan menyerapi setiap ilmu yg disampaikan pak Agung. Saya sangat berterimakasih pada suami yg telah memberi izin saya utk ikut training ini. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah karena aku diberi kesempatan untuk belajar disini, terimakasih HPAI.

Yon Cahyono,
Subhanalloh... Alhamdulillah... Allohu Akbar...!!! Luar Biasa!... Sebuah pelatihan Spiritual yg DAHSYAT, mampu membuka tabir dan jatidiri seorang hamba di mata sang Khaliq Allah SWT. Menyadari makna hidup utk dapat MENSYUKURI Ni'mat. Insya Allah, kami terlahir kembali dg RUH BARU secara Islami dan Ilahiyah. Allahu Akbar, Syukron SH.

Sri Kustini,
Alhamdulillah, saya semakin menyadari betapa Allah SWT sangat sayang pada saya, hingga saya diberi kesempatan yg bagus banget utk mengikuti SH ini. Saya menyadari betapa selama ini saya kurang bersabar dan mudah mengeluh. Insya Allah setelah pelatihan ini saya bisa berubah menjadi lebih baik. Mohon diadakan lebih sering ya... Bagus banget materinya

Siti Harumi
Alhamdulillah, saya jadi lebih tahu banyak lagi bhw spiritual kita mempunyai pengaruh luar biasa dalam kehidupan. Saya mendapat pelajaran yg sangat berharga bahwa kita harus selalu menjaga kestabilan pikiran dan hati, menjaga emosi dan berprasangka baik. Dan terutama sekali, di pelatihan ini saya berhasil menghilangkan dendam dan trauma saya di masa lalu. Mohon SH lebih sering diadakan di waktu yad.

Jufria N,
Alhamdulillah, dapat ilmu baru, simple but touchable... berharap kedepan menjadi pribadi yg lebih baik, Amieen. Sering2 diadakan acara seperti ini, hidup HPAI....

Turisah
Kalo bisa sering2 diadakan acara SH spt ini utk meningkatkan keimanan dan keislaman kita, kalau perlu setiap bulan. Acara ini banyak sekali manfaatnya, menjadi manusia yg selalu berpikir positif, menghargai orang lain, sabar, tawakal, selalu bahagia dan bersyukur. Pokoknya obat bagi spiritual kita.

Dewi,
Semoga acara ini bisa sering diadakan bukan hanya di Batam, tapi di seluruh Indonesia, biar semua bisa merubah paradigma gada Bahagia. Alhamdulillah dg acara ini bisa membuat perubahan hidup yg sangat besar buat saya khususnya dan utk orang banyak.

Restianti
Saya menjadi tahu betapa bahayanya negative thinking, emosi negatif, marah. Setelah mengikuti SH ini insya Allah saya berubah dari yg dulunya gampang marah, sekarang lebih baik.

Ratna Putri
Pada hari ini saya mendapat banyak ilmu dan tip-tip yg sangat baik sekali utk merubah diri menjadi jauh lebih baik, menghilangkan pikiran dan perasaan yg negatif yg selama ini seing timbul dalam benak saya. SH ini sangat baik mudah2an diteruskan lagi.

Aisyah,
Acara ini membuat saya mampu bersikap dan berfikir positif, optimis menjalani hidup dengan sabar, tawakal, tawadhu, mensyukuri ni'mat yg diberikan Allah SWT, menjalani kehidupan dg ikhlas. Dan saya lebi mampu memakai otak kanan saya. Acara ini benar2 baik, sangat bermanfaat bagi saya.

Martini,
Sangat luar biasa sekali manfaatnya, sangat menggugah, menyentuh hati, merubah pola pikir saya yg tadinya sering berfikit negatif, jarang bersyukur. Alhamdulillah, sekarang saya telah berubah lebih baik, sering2 melihat ke bawah, bisa selalu bersyukur shg bertambah2 keimanan kepada Allah SWT.

Febriani,
Subahanalloh... Training SH ini memberikan nutrisi hati bagi kami. APalagi skhirnya suami memutuskan utk ikut. Insya Allah kami dan suami dapat mengaplikasikan apa yg kami dapatkan dalam training ini dlm kehidupan kami, dalam perjuangan kami bersama HPAI. Semoga makin dekat dg Allah, Amien.

Dariningsih
Banyak sekali yg saya dapatkan. Mulai hari ini dan seterusnya, saya akan selalu bahagia dan bersyukur atas semua ni'mat Allah. Terimakasih HPAI

Tummy M,
Saya mendapat ilmu yang belum pernah saya dapatkan selama ini terutama bersikap positif dalam semua kejadian. Semoga acaranya berkesinambungan.

Eko Indra Wahyudi,
Santai, rileks tapi mengena. Materi penuh pelajaran hidup yg bermanfaat. Mendapat motivasi utk mendekatkan diri kepada Allah. Mohon waktu diperpanjang lagi shg materi bisa menyeluruh disampaikan.

Riyanto,
Membuka pikiran dan mata hati saya, utk menyikapi semua yg saya alami dengan sikap dan pikiran yg positif. Alhamdulillah di pelatihan ini, banyak sekali ilmu yg saya terima. Terima kasih banyak, Pak Agung, atas ilmu yg Bapak berikan.

Asmawati,
Pelatihan ini sangat bagus. Para leader hrs sering dapat training spt ini utk bekal memngembangkan diri. Mampu mengingatkan diriku utk selalu berpikir positif, mesnyukuri apa yg kita miliki skg. Saya bersyukur bisa bergabung di HPAI hingga mendapatkan ilmu2 yg bermanfaat.

Noname,
Sangat bagus, memotivasi diri saya utk berubah menjadi insan Super. Mohon diadakan ulang di Batam, supaya saya bisa mengajak suami, teman, keluarga utk mengikuti pelatihan SH ini agar mrk merasakan spt saya.

Noname,
Acara ini sungguh luar biasa, krn membuka cakrawala berpikir saya yg selama ini agak sempit dan selalu sensitif thdp keadaan yg berubah. Semoga ada materi lanjutannya.

Noname,
Penyampaiannya simple namun mudah diterima dengan baik. Menumbuhkan semangat baru dalam fastabiqul khoirot dan saya menjadi pribadi baru yg lebih baik, lebih greget dg semangat juang yg baru, insya Alla. Terus maju HPAI.

Noname,
Materi yg disajikan sangat bagus dan sangat terasa di dalam kehidupan kita setiap hari. Semoga presenter HPAI di Pusat bisa memberikan hal-hal yg baru kepada anggotanya dimanapun berada. Semoga kita bisa bertemu kembali dalam sesi2 yg sangat bermanfaat ini. Wassalam.

Noname,
Pelatihan ini mampu memotivasi perserta utk menjadi manusia yg lebih baik, berguna bagi sesama. Menggunakan tools-tools yg mudah dimengerti, aplikatif dan bermanfaat. Agar lebih sering diadakan dan disebarkan ke seluruh Umat Islam.

Noname,
Alhamdulillah, Subhanalloh, Astaghfirullah, Allahu Akbar, Acara ini menyadarkan diri saya bahwa kita tidak ada apa2nya, serta kita harus menyikapi apapun yg terjadi dg bijak. Makin menjadikan Al Quran dan hadits sebagai panduan kita dalam mengarungi kehidupan ini.

Noname,
Pelatihan ini membuka pola pikir saya, yg sebelumnya tidak ada dalam diri saya. Saya sangat senang dg adanya acara ini dan saya akan pergunakan ilmu ini sampai saya tua hingga mati.

Noname,
Saya mendapatkan ilmu yg bermanfaat yg belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Sering-sering diadakan seminar seperti ini lagi.

Minggu, 02 September 2012

Kisah Syahidnya Sa'ad bin Mu'adz

Banyak episode-episode dalam Film Omar ibn Khattab yang membuat air mata kita mengalir. Saat Islamnya Umar, saat meninggalnya Abi bin bi Thalib, saat tibanya Rasulullah SAW di Madinah.

Episode lain yang mampu menguras air mata kita, adalah saat meninggalnya Sa'ad bin Mu'adz.

Beliau terkena panah dalam perang Khandaq.

Ketika menjemput syahid, ia berkata :

"Aku telah berdoa kepada Allah (agar membiarkanku hidup) bila masih harus menunggu peperangan dengan orang Quraisy.

dan apabila Allah menentukan kita harus berperang dengan mereka.

Agar menjadikanku syahid...

Ketika sudah selesai perang dan urusan dengan bani Quraizhah, aku mendengar Rasulullah S.A.W. bersabda: "Mereka tak akan memerangi kita setelah ini"

maka air mataku pun menetes sehingga aku pun tahu bahwa Islam mulai saat ini sudah menang, bukan kalah.

duri-duri pun sudah hilang dan orang-orang musyrik akan tertinggal.

sungguh aku berharap kepada Allah agar mengabulkan doaku (untuk menjadi syahid)".

[Kemudian Sa'ad, menghembuskan nafas terakhirnya, menuju Zat yang sangat mencintainya]


Sungguh teladan yang sangat mulia. Shahabat yang menghendaki hidupnya hanya untuk berjuang. Seorang mulia yang telah memenuhi janjinya kepada Allah.

Hingga kemudian Ummu Sa'ad meratapi meninggalnya Sa'ad. Bilal menegur Ummu Sa'ad agar jangan meratapi, "Janganlah engkau meratap, wahai Ummu Sa'ad! Tapi bersabar dan bermuhasabahlah, Allah menyukai kesabaranmu".

Namun Umar berkata: 
"Biarkan ia, wahai Bilal... Karena Rasul S.A.W. bersabda:""Setiap peratap itu berpura-pura kecuali untuk Sa'ad bin Mu'adz"".


Wahai saudaraku...
Sudah sejauh mana perjuangan dan pengorbanan kita?
Astaghfirullah.......

Selasa, 07 Agustus 2012

Nilai Kesuksesan Hidup Kita

Di sore indah ini saat menanti buka puasa saya ingin menceritakan sebuah kisah.

Ada 4 orang yang memilih jalan kehidupan yang berbeda-beda.

Orang I, melihat bahwa hidup di dunia ini demikian berat, dan ia merasa tidak mampu untuk berprestasi. Ia memilih untuk hidup apa adanya saja, yang penting bisa makan, bisa hidup normal. Ia tidak mau bekerja lebih keras dan menempuh resiko hidup yang lebih tinggi. Setelah ia meninggal, tidak ada orang yang mengenangnya.

Orang II, melihat bahwa banyak yang ia kerjakan dalam kehidupan di dunia. Ia mampu berprestasi dan membahagiakan keluarganya. Namun ia enggan berbuat untuk orang banyak, karena ia menganggap yang berhak menikmati jerih payahnya hanya orang-orang terdekatnya saja. Setelah ia meninggal, ia hanya dikenang oleh keluarganya saja, dan dilupakan oleh orang lain.

Orang III, melihat bahwa amat banyak peluang bisa ia raih dalam kehidupan dunia. Baginya, yang penting bisa menikmati dunia sepuas-puasnya yang hanya sebentar. Ia tidak peduli halal ataupun haram. Uang korupsi ia ambil juga. Usaha menipu dan mengambil hak orang lain, tanpa ragu ia lakukan. Hingga akhirnya ia dijebloskan di penjara dan mati menderita.

Orang ke IV, melihat bahwa disamping peluang untuk meraih kesuksesan di dunia, ia melihat kesuksesan "lain" ketika bisa membahagiakan orang banyak. Waktunya ia curahkan maksimal untuk meraih kesuksesan dan kejayaan. Namun hasil kesuksesannya ia gunakan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Ia mengamalkan sabda Nabi, sebaik-baik kamu adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Mari kita menilai diri kita sendiri, apakah kita seperti Orang I, II, III, atau IV. Jika kita nilai, Orang I memiliki nilai kesuksesan 25, Orang II memiliki nilai 50, Orang III memiliki nilai 0 dan orang ke IV memiliki nilai kesuksesan 100.

Suatu ketika di Masjid Al-Mujtaba' Duren Sawit, merbot (penjaga) masjid tersebut meninggal dunia. Sang Almarhum dalam istirahatnya menyunggingkan senyum yang sangat manis, seakan menampakkan kebahagiaan akan berjumpa dengan Tuhannya. Banyak orang takjub dengan pemandangan ini, hingga banyak pelayat mencium kening sang Almarhum.

Kemudian beredarlah kisah-kisah indah, bahwa Almarhum secara konsisten selalu hadir 30 menit sebelum shalat 5 waktu dimulai untuk membersihkan dan menyiapkan masjid. Dan ini telah beliau lakukan selama 20 tahun. Almarhum juga terkenal sebagai sosok yang ramah, murah senyum dan tidak pernah mengeluh.

Tuhan Maha Adil. Untuk memiliki Nilai Kesuksesan 100 kita tidak perlu lebih dahulu menjadi orang kaya atau pejabat tinggi. Seorang merbot masjid, atau penyapu jalanan ketika ia lakukan tugasnya dengan penuh cinta, dedikasi dan kesetiaan yang tinggi, maka nilai kesuksesannya akan sangat luar biasa, baik di mata manusia apalagi dihadapan Allah SWT. Karena ia menyapu jalanan seperti Beethoven menggubah musik, atau seperti Pablo Piccasso melukis. Hingga para Malaikat dan penghuni surga merasa takjub, bahwa disini pernah hidup seorang merbot, seorang penyapu jalan yang melakukan tugasnya dengan sempurna penuh cinta.

Agung Yulianto

Jumat, 02 Maret 2012

Keikhlasan, Saat Dirimu Merasa Tidak Lebih Baik daripada Orang Lain


Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com - (David Hadi) Melakukan keikhlasan, tidaklah semudah mengatakannya. Sebagaimana pernah diakui oleh seorang ulama besar Sufyan ats-Tsauri, beliau berkata, “Tidak ada suatu perkara yang paling berat bagiku untuk aku obati daripada meluruskan niatku, karena niat itu bisa berubah-ubah terhadapku.”

Namun, bukan berarti ikhlas itu tidak dapat dilakukan, dan bukan berarti ikhlas tidak dapat diusahakan. Karena ikhlas adalah suatu ‘ilmu’. Ilmu di mana kita dapat mempelajarinya, dan terus mempelajarinya, sampai akhirnya kita benar-benar paham akan makna ikhlas. Ikhlas itu sendiri merupakan hal yang amat sakral, ia adalah perintah dan ia adalah syarat diterimanya suatu ibadah.

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Memang benar, ikhlas adalah rahasia, rahasia dalam hati masing-masing insan. Dan ikhlas adalah rahasia dari rahasia yang teramat lembut, sehingga samar dari dugaan semua yang hidup. Begitu samar dan tersembunyi, sehingga sulit bagi diri seseorang atau orang lain untuk mengukur kemurniannya. Dalam hadits Rasulullah SAW dikatakan:

Keikhlasan adalah rahasia yang diambil dari rahasia-rahasia-Ku. Aku telah menempatkannya sebagai amanat di hati sanubari hamba-hamba-Ku yang Aku Cinta.” (HR. al-Qazwaini)

Hasan al-Banna pernah berkata tentang makna ikhlas, “Ikhlas adalah seorang saudara muslim yang bermaksud dengan kata-katanya, amalnya, dan jihadnya, seluruhnya hanya kepada Allah, untuk mencari ridha Allah dan balasan yang baik dari Allah dengan tanpa melihat kepada keuntungan, bentuk, kedudukan, gelar, kemajuan, atau kemunduran. Dengan demikian ia menjadi tentara aqidah dan fikrah dan bukan tentara keinginan atau manfaat.”

Salah satu sebab jauhnya diri kita dari ikhlas ialah sifat ‘ujub, sifat berbangga diri yang berlebihan, dan menganggap orang lain tidak lebih baik dari diri kita. Sifat ini yang sering muncul tanpa kita sadari, yang mampu merobek-robek keikhlasan dalam diri kita. Ia yang mampu menodai kemurnian ikhlas dalam hati dan ia yang mampu mengotori hati dengan lendir-lendir kenistaan.

Tentunya kita tak ingin, keikhlasan yang ada di dalam hati ini, keikhlasan yang selalu kita jaga ini, ternodai dan bahkan terkotori. Dan hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga keikhlasan adalah dengan menghapus sifat ‘ujub itu dari dalam hati, membuangnya jauh-jauh tanpa tersisa. Dimulai dengan hal yang kecil dan sederhana, yaitu anggaplah orang lain lebih baik daripada diri kita, anggaplah ia lebih mulia di sisi Allah.

Jikalau kita melihat seseorang yang lebih muda daripada kita, maka hendaklah kita berkata, “Anak ini masih muda usianya, belum banyak berbuat dosa dan bermaksiat kepada Allah, sedangkan aku yang sudah lebih tua darinya tentu telah banyak berbuat dosa dan bermaksiat kepada Allah. Maka tiada keraguan lagi bahwa ia lebih baik daripada aku di sisi Allah.”

Jikalau kita melihat seseorang yang lebih tua daripada kita, maka hendaklah kita berkata, “Orang tua ini sudah beribadah kepada Allah lebih dahulu daripada aku, maka tiada keraguan lagi bahwa ia lebih banyak pahalanya, lebih mulia daripada aku di sisi Allah.”

Manakala kita melihat orang alim, maka hendaklah kita berkata, “Orang alim ini telah dikaruniakan kepadanya bermacam-macam pemberian ilmu yang tidak dikaruniakan kepadaku. Ia telah sampai ke martabat yang aku tak sampai kepadanya, dan ia mengetahui berbagai masalah yang tak aku ketahui, maka bagaimana aku bisa sepertinya sedangkan diriku masih bergelimang dengan dosa dan maksiat?”

Bila kita melihat orang yang bodoh, maka hendaklah kita berkata, “Orang ini bodoh lantas ia berbuat maksiat kepada Allah dengan kejahilannya, tetapi aku berbuat maksiat dengan ilmuku, dengan kesadaranku, maka bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah nanti?”

Saat kita menyaksikan orang fasik atau ahli maksiat, maka hendaklah kita berkata, “Benar orang ini jasadnya bergelimang dalam kemaksiatan dan dosa, tapi siapa yang tahu kalau sebenarnya hatinya selalu benci pada kemaksiatan yang ia lakukan, dan bersamaan dengan itu ia tetap mengagungkan Tuhannya. Terbuka kemungkinan suatu saat nanti ia bertaubat dan menyesali perbuatannya, lalu ia melakukan amal shalih yang nilainya lebih tinggi di mata Allah daripada aku. Sedangkan aku sendiri sampai saat ini dan nanti, tidak pernah tahu apakah ketaatanku itu diterima oleh Allah atau tidak. Dan aku juga tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi pada diriku esok hari.”

Di kala kita melihat orang kafir, maka hendaklah kita berkata, “Aku tidak tahu, kemungkinan orang kafir ini akan beriman, memeluk agama Islam dan akhirnya mempunyai husnul khatimah, sedangkan aku tidak tahu apakah akan bisa menjaga keimanan ini hingga akhir hayat dan mendapatkanhusnul khatimah?”

Pertanyaan seperti ini bukan mengada-ada, tapi pasti dan yakin. Karena jika kita bertanya, siapakah yang dapat memastikan kalau kita dapat menjaga keimanan ini hingga akhir hayat, lalu kita memperoleh husnul khatimah? Siapa yang bisa tahu secara pasti kalau dirinya pasti diampuni oleh Allah? Siapakah yang dapat menjamin kalau diri kita pasti selamat di akhirat? Semua itu adalah rahasia Allah, yang tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya. Bahkan beliau, Rasulullah SAW berkata:

Katakanlah: Aku tidak mengatakan padamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah, ‘Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?’ Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (QS. Al-An’aam: 50)

Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.’” (QS. Al-‘Araaf: 188)

Referensi: Mahmud Ahmad Mustafa, Dahsyatnya Ikhlas.



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/03/19139/keikhlasan-saat-dirimu-merasa-tidak-lebih-baik-daripada-orang-lain/#ixzz1o1Nz8M6R