Malam ini, seorang hamba mengalami pengalaman spiritual, yang Subhanallah….. Prosesnya diawali dengan keinginannya yang kuat untuk semakin mengenal-Nya. Setiap habis shalat, terutama shalat lima waktu, ia selalu ingin dalam keadaan khusyu yang optimal. Sehabis shalat, masih merasakan nuansa khusyu, saat merasa dekat dengan Allah, selalu ia gunakan untuk berdo’a dengan menggunakan seluruh perasaan, memohon apa-apa yang ia inginkan dari Allah SWT. Waktu shalat menjadi waktu-waktu yang mengasyikkan, dan waktu shalat menjadi waktu-waktu yang selalu dinanti kedatangannya.
Sang hamba ini, tiba-tiba tersadar bahwa rasa cinta adalah anugerah dari Allah SWT. Jika Allah cabut rasa cinta, dari seorang hamba kepada isterinya, bayangkan betapa hancur rumah tangganya, bahkan bisa menghancurkan karir dan seluruh hidupnya. Dan rasa cinta ini, semata-mata karunia dan hadiah dari Allah, tidak bisa kita nalar, tidak bisa kita logika, tidak bisa dibeli dengan emas permata. Jika Allah masih menyuburkan rasa cinta dihatimu kepada pasangan hidupmu, bersyukurlah sedalam-dalamnya kepada Sang Maha Pemberi Cinta. Syukuri dan peliharalah cinta tersebut agar senantiasa bersemai subur dalam hatimu.
Setelah itu, sang hamba merasakan keheningan malam, dimana alampun menghamparkan nuansa kekhusyu’an, tiba-tiba gelombang kekhusyu’an menerpa batin dan raganya. Seketika muncul kerinduan untuk bermesraan dengan Rabb-nya. Dengan sangat jelas, Ia dapat merasakan cinta-Nya. Tanpa merasa berat dan merasa terpaksa sedikitpun, tidak mengindahkan dinginnya malam, ia mandi menghilangkan hadats besar, bersuci karena ingin segera menghadap Kekasihku. Dan mengenakan pakaian terbaiknya.
Teringat firman Allah SWT dalam hadis Qudsi, ”Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta.”.
Inilah yang ia rasakan, jika Allah menghendaki, dijadikannya ringan untuk merasakan kenikmatan iman, mudah menapaki jalan syariat-Nya.
Detik-detik selanjutnya ia telah berada di nirwana-Nya. Ia merasakan ekstasi kenikmatan shalat malam yang tiada taranya, pantaslah seorang tabi’in mengatakan… “Jika tidak ada waktu-waktu indah di sepertiga malam, aku tidak akan betah hidup di dunia ini”. Ya Allah, jika Engkau berkenan, maka mudahlah jalan bagiku untuk mengenal-Mu, untuk taat kepada-Mu. Ya Rabb, jangan Engkau balik kembali hati kami ini setelah Engkau beri petunjuk kepada Kami…”.
Linangan air mata saat beribadat kepada-Nya, diiringi kekhusyu’an jiwa membuat hati bisa memahami ayat-ayat-Nya. Pemahaman yang tidak bisa dilakukan oleh akal pikiran. Pantaslah dalam Al Quran, memahami itu dilakukan oleh hati. Membaca surah Adh-Dhuha dan Alam Nasyrah seakan-akan baru pernah membaca saat itu. Merasakan dengan mendalam bahwa akhirat lebih utama dari dunia. Dan Allah kelak akan memberikan karunia-Nya kepada kita hingga kita puas. Hati demikian tersentuh ketika Allah mengingatkan dulu engkau yatim dan Allah melindungimu, dulu kita berada dalam kesesatan dan Allah memberikan hidayah-Nya, dulu kita kekurangan dan sekarang Dia memberikan kita kecukupan. Bukankah demikian halnya diri kita? Air mata berderai….. betapa selama ini kita kurang bersyukur kepada-Nya. Buktinya…. Kita belum berlaku baik kepada anak yatim, dan terkadang suka mengusir peminta-minta. Terlintas beraneka kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan, namun belum kita syukuri dengan semestinya. Maka pantaslah bila Allah belum menambah kenikmatan-Nya, sedang kenikmatan yang sudah adapun belum kita syukuri.
Surat Alam Nasyrah demikian melapangkan dada menghadapi kehidupan dunia yang menyesakkan. Surat ini cukup untuk mengobati stress akibat beban kehidupan yang berat. Cukuplah surat ini sebagai obat stress bagi yang mau menggunakannya. Dengan meyakini bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Yakin bahwa Allah akan memberikan kita kemudahan, maka laluilah kesulitan yang kita hadapi dengan ikhlas. Caranya kerjakan semua pekerjaan satu demi satu dengan sebaik-baiknya, dan jangan lupa untuk tetap menggantungkan harapan kepada Allah SWT.
Surah yang sama, ayat yang sama, namun jika Allah tidak menunjuki, seseorang bisa tidak mendapatkan apa-apa. Ya Allah limpahkanlah untuk kami hidayah-Mu, dan kepada keluargaku, Isteri dan anak-anakku, karena hidayah-Mu lah mereka menjadi generasi penegak shalat dan pengamal Al-Quran. Ya Allah, perkenankan hamba untuk semakin mengenal-Mu, perkenankan hamba untuk senantiasa bergantung kepada-Mu, memohon pertolongan-Mu…. Hingga hamba menghadap-Mu.
Setelah itu, sang hamba merasakan keheningan malam, dimana alampun menghamparkan nuansa kekhusyu’an, tiba-tiba gelombang kekhusyu’an menerpa batin dan raganya. Seketika muncul kerinduan untuk bermesraan dengan Rabb-nya. Dengan sangat jelas, Ia dapat merasakan cinta-Nya. Tanpa merasa berat dan merasa terpaksa sedikitpun, tidak mengindahkan dinginnya malam, ia mandi menghilangkan hadats besar, bersuci karena ingin segera menghadap Kekasihku. Dan mengenakan pakaian terbaiknya.
Teringat firman Allah SWT dalam hadis Qudsi, ”Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta.”.
Inilah yang ia rasakan, jika Allah menghendaki, dijadikannya ringan untuk merasakan kenikmatan iman, mudah menapaki jalan syariat-Nya.
Detik-detik selanjutnya ia telah berada di nirwana-Nya. Ia merasakan ekstasi kenikmatan shalat malam yang tiada taranya, pantaslah seorang tabi’in mengatakan… “Jika tidak ada waktu-waktu indah di sepertiga malam, aku tidak akan betah hidup di dunia ini”. Ya Allah, jika Engkau berkenan, maka mudahlah jalan bagiku untuk mengenal-Mu, untuk taat kepada-Mu. Ya Rabb, jangan Engkau balik kembali hati kami ini setelah Engkau beri petunjuk kepada Kami…”.
Linangan air mata saat beribadat kepada-Nya, diiringi kekhusyu’an jiwa membuat hati bisa memahami ayat-ayat-Nya. Pemahaman yang tidak bisa dilakukan oleh akal pikiran. Pantaslah dalam Al Quran, memahami itu dilakukan oleh hati. Membaca surah Adh-Dhuha dan Alam Nasyrah seakan-akan baru pernah membaca saat itu. Merasakan dengan mendalam bahwa akhirat lebih utama dari dunia. Dan Allah kelak akan memberikan karunia-Nya kepada kita hingga kita puas. Hati demikian tersentuh ketika Allah mengingatkan dulu engkau yatim dan Allah melindungimu, dulu kita berada dalam kesesatan dan Allah memberikan hidayah-Nya, dulu kita kekurangan dan sekarang Dia memberikan kita kecukupan. Bukankah demikian halnya diri kita? Air mata berderai….. betapa selama ini kita kurang bersyukur kepada-Nya. Buktinya…. Kita belum berlaku baik kepada anak yatim, dan terkadang suka mengusir peminta-minta. Terlintas beraneka kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan, namun belum kita syukuri dengan semestinya. Maka pantaslah bila Allah belum menambah kenikmatan-Nya, sedang kenikmatan yang sudah adapun belum kita syukuri.
Surat Alam Nasyrah demikian melapangkan dada menghadapi kehidupan dunia yang menyesakkan. Surat ini cukup untuk mengobati stress akibat beban kehidupan yang berat. Cukuplah surat ini sebagai obat stress bagi yang mau menggunakannya. Dengan meyakini bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Yakin bahwa Allah akan memberikan kita kemudahan, maka laluilah kesulitan yang kita hadapi dengan ikhlas. Caranya kerjakan semua pekerjaan satu demi satu dengan sebaik-baiknya, dan jangan lupa untuk tetap menggantungkan harapan kepada Allah SWT.
Surah yang sama, ayat yang sama, namun jika Allah tidak menunjuki, seseorang bisa tidak mendapatkan apa-apa. Ya Allah limpahkanlah untuk kami hidayah-Mu, dan kepada keluargaku, Isteri dan anak-anakku, karena hidayah-Mu lah mereka menjadi generasi penegak shalat dan pengamal Al-Quran. Ya Allah, perkenankan hamba untuk semakin mengenal-Mu, perkenankan hamba untuk senantiasa bergantung kepada-Mu, memohon pertolongan-Mu…. Hingga hamba menghadap-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar