Sabtu, 16 April 2011

TETAP PARTAI DA’WAH, MESKI PKS TERUS DIFITNAH

BAYAN DEWAN SYARIAH PUSAT

TETAP PARTAI DA’WAH, MESKI PKS TERUS DIFITNAH

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil alamina wasshalatu’ala sayyidil mursalin, nabbiyina Muhammadin wa’ala alihi washahbihi ajma’in. Wa ba’du.

Fenomena partai da’wah PKS dalam blantika perpolitikan nasional telah mengundang banyak hal. Ada ketercengangan, ada pertanyaan, ada pula kekhawatiran bahkan kecurigaan. Menghadapi laju PKS di ranah politik sekaligus ranah da’wah, berbagai pihak melakukan berbagai ragam cara. Bertambah banyak yang simpati lalu mendukung, tapi tidak sedikit yang menebar halang rintang dengan langkah politis, bahkan ada yang menebar kedustaan dengan isu keagamaan. Cara yang terakhir ini berulangkali dimunculkan berbarengan dengan perjuangan politik PKS melalui pemilihan legislatif dan pilkada. Sebagai partai da’wah yang berfungsi memberikan pencerahan kepada masyarakat luas, PKS harus menjelaskan siapa ia sebenarnya. Sesuai AD/ART partai, lembaga yang berkompeten menjelaskan pandangan dan sikap keagamaan PKS adalah Dewan Syari’ah. Sedangkan pandangan atau sikap keagamaan kader PKS secara individual tidak mencerminkan pandangan dan sikap partai. Berikut ini pandangan resmi Dewan syari’ah Pusat PKS tentang beberapa masalah keagamaan yang telah dipolitisir.

1. PKS dan Ahlussunah Wal Jama’ah Sebagai partai da’wah PKS berpegang teguh pada aqidah Ahlussunah Wal Jama’ah dengan sumber rujukan utama sebagaimana termaktub dalam Ittijah Fiqih PKS, berupa Mashdir Asasiyah ( Sumber hukum Primer ) yang disepakati oleh Jumhur Ahlussunah Wal Jama’ah, yaitu Al-Qur’an yang suci, ijma’ dan qiyas.

2. PKS dan ’Wahabisme’ Tidak ada hubungan antara PKS dengan ’Wahabisme’, yaitu gerakan yang dipimpin oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab di negeri Hijaz yang bertujuan untuk memurnikan ’aqidah dari Takhayul, Bid’ah dan Khurafat (TBC), bekerja sama dengan Malik Abdul Azis yang menggunakan berbagai cara yang sifatnya halus sampai yang radikal. Jelas tidak ada hubungan historis karena PKS lahir pasca reformasi 1998. Tidak ada hubungan struktural organisatoris antara PKS dengan organisasi keagamaan di Saudi Arabia. Bahwa di antara pimpinan PKS pernah studi di Saudi Arabia, hal yang sama berlaku juga pada ormas Islam yang lain. Bahkan ada yang pendirinya pernah mukim di sana. Tapi tidak lantas ormas-ormas tersebut boleh dituduh sebagai ’Wahabiyah’.

3. Kolektivitas dan Keberagaman PKS Sebagai partai da’wah yang berprinsip kejama’ahan, maka sifat kolektifitas menjadi ciri PKS yang mewadahi keberagaman, baik dalam rekruting kader maupun pandangan keagamaan dan politiknya.

- Ketua Majelis Syura PKS, KH. Hilmi Amminuddin alumni Universitas Islam Madinah, dekat dengan kalangan Persis.

- Duta Besar RI di Saudi Arabia, DR. Habib Salim Segaf Al Jufri adalah seorang habib cucu pendiri Al Khairat dan salah satu seorang pendiri Partai Keadilan. Beberapa Habib yang lain fungsionaris PKS seperti Habib Abu Bakar Al Habsy, Habib Nabil Al Musawwa, dan Habib Fahmi Alaydrus.

- Presiden Pertama Partai Keadilan, DR. H. Ir. Nurmahmudi Ismail, MSc. Lulusan Amerika berlatang belakang Pesantren di Kediri yang kental ke NU-annya.

- Presiden kedua Partai Keadilan PKS yang kini ketua MPR RI, DR. H. M. Hidayat Nurwahid, MA lulusan Universitas Islam Madinah, berlatar belakang Muhammadiyah.

- Presiden PKS yang sekarang, Ir. H. Tiffatul Sembiring Alumni Sekolah Tinggi Teknik di Indonesia dan kursus Manajemen Politik di Pakistan yang punya latar belakang organisasi di PII.

- Ketua MPP-nya, Drs. H. Suharna Surapranata, MT lulusan UI dan Jepang berlatar belakang aktivis masjid kampus.

- Ketua Dewan Syari’ah PKS, H. DR. Surahman Hidayat, MA tamatan Universitas Al-Azhar Mesir yang bermahzhab Syafi’i, latar belakangnya NU dan PUI, sebelumnya PII dan HMI.

- Beberapa anggota Dewan Syari’ah Pusat juga berlatar belakang NU seperti, KH. DR. Muslih Abdul Karim, MA murid kesayangan KH. Abdullah Faqih, Langitan. H. Bukhari Yusuf, MA, sekretaris DSP, murid kesayangan KH. Noer Ahmad S ahli ilmu falak NU. H. Bakrun Syafi’i, MA Alumni Pesantren Al Munawwir, Krapyak Yogyakarta adalah murid kesayangan KH. Ali Ma’shum. H. Amang Syarifuddin, Lc,M.Si Alumnus Pesantren NU Cipasung, Tasikmalaya yang sering dipuji sebagai murid nomor 1.

- Beberapa Ulama seperti Prof. DR. KH.Didin Hafidhuddi, MS (Ketua BAZNAZ), DR. Ahzami Samiun, MA (putera Tokoh NU, KH.Samiun Jazuli), Prof.DR.Ahmad Syathori (Alumni Pesantren babakan Ciwaringin dan Buntet), adalah tempat bertanya dan rujukan kader PKS.

4. Furu’iyah di PKS Da’wah PKS menekankan pada tema-tema besar yang bersifat prinsip (qadhya ushuliyah). Ini supaya da’wah PKS bersifat mempertemukan mempersatukan (jami’ah-tajmi’ah) dan tidak menimbulkan perselisihan/perpecahan (tafriqiyah). Ittijah Fiqh (Orientasi Fiqih) Dewan Syari’ah PKS mendahulukan fiqh persatuan (i-tilaf) daripada fiqh perbedaan (ikhtilaf). Menggali dan mengambil faidah dari khazanah fiqhiyah yang ada dengan prinsip ”Almuhafazhatu’alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah’ mengambil pendapat klasik yang masih cocok dan pendapat baru yang lebih maskahat. Tapi dalam praktik keseharian memperhatikan harmoni dengan mazhab yang banyak dipraktikan yaitu mazhab Syafi’i. Mengedepankan cara kompromi (thariqatul jam’i) atas tarjih, dan menggunakan prinsip keluar dari khilafah (khuruj’anil khilaf) sejauh dimungkinkan. Kemudian terhadap perbedaan dalam masalah cabang (furu’) mengedepankan sikap toleran (tasamuh). Prinsip yang dipegang ”NATA’AWANU FIMA ITTAFAQNA’ALAIHI WA YA’DZURU BA’DHAN FIMA IKHTALAFNA FIHI” bekerja sama dalam hal-hal yang disepakati dan saling menghormati dalam hal-hal yang diperselisihkan.

5. Sikap PKS dalam masalah Khilafiyah Berikut ini beberapa masalah khilafiyah/furu’iyah yang sering dijadikan alat untuk menfitnah PKS dan pandangan resmi Dewan Syari’ah Pusat PKS tentang itu.

a. Do’a Qunut Bagaimanapun do’a qunut status hukumnya adalah sunat. Yang disepakati adalah do’a qunut dalam shalat witir, qunut nazilah dalam shalat fardhu yaitu memohon tolak bala dari kaum muslimin dan mendo’akan bencana bagi musuh Islam. Adapun qunut subuh tetap saja merupakan masalah khilafiyah. Masalah pilihan, paling tinggi porsinya antara rajih dan marjuh, bukan antara sunnah dan bid’ah. Jadi tidak ada bid’ah dalam qunut shalat fajar. Dan mengamalkan yang marjuh bisa menjadi pilihan jika membawa kemaslahatan dalam mu’amalah. Jadi bukan sikap pilihan plin plan, tapi cerminan sikap bijak dan cerdas. Secerdas Imam Muhammad bin Al Hasan Al Syaibani murid Imam Abu Hanifah yang melakukan qunut ketika ziarah ke mesir dan menjadi Imam shlat shubuh. Ini karena beliau menghormati Imam Syafi’i imam madzab yang dominan di Mesir. Dan sebijak Imam Syafi’i yang tidak qunut shubuh ketika beliau ziarah ke Imam Muhammad di Baghdad. Dalam pengamalan di acara-acara PKS kadang qunut shubuh kadang juga tidak, tergantung imamnya. Dan itu tidak pernah ada masalah.

b. Membaca Do’a dan Tahlil untuk yang meninggal Pada dasarnya membaca do’a untuk mayit dianjurkan (sunat). Berkat ikatan ’aqidah tauhid tidak terputus hubungan sesama muslim dengan yang sudah mati sekalipun. Dalam Al-Qur’an ada do’a ”Rabbanagfirlana wa li-ikhwanina alldzina sabaquna bil imani, wala taj’al fi qulibina ghilan lilladzina amanu...rabbana innaka raufurrahim” (QS 59:10). Menghadiahkan bacaan surah al fatikhah atau lainnya untuk mayit, atau mewaqafkan/menshadaqahkan sesuatu atas nama atau menujukan pahalanya untuk mayit merupakan amal shalih yang diterima, sesuai pendapat jumhur ulama. Istighfar, tasbih, tahmid dan tahlil merupakan bagian dari keseluruhan do’a yang dibaca. Waktu berdo’a untuk mayit tidak harus dibatasi pada waktu atau hari-hari tertentu, dan tidak boleh disyaratkan, sehingga pilihan waktunya lebih luang dan leluasa sesuai kesempatan atau kemampuan..

c. Perayaan Maulid Nabi SAW Perayaan memperingati maulid Nabi Muhammad Saw menurut sebagian riwayat, digagas oleh Sultan Salahuddin al Ayyubi di Mesir dalam rangka meningkatkan ruhul jihad umat Islam. Sampai hari ini Universitas Al Azhar sendiri mensyi’arkan peringatan maulid Nabi Saw. Bagi kepala pemerintahan seperti Sultan Salahudin, hal itu merupakan kebijakan yang sesuai syari’ah (siyasah syari’ah), yang didefinisikan Imam Ibnu Uqail sebagai perbuatan yang dilakukan karena lebih maslahat bagi masyarakat dan lebih menghindarkan mereka dari mafsadat, meskipun tidak pernah disabdakan atau dicontohkan oleh Nabi Saw. Adapun bagi masyarakat muslim, peringatan maulid Nabi Saw dipertimbangkannya adalah semata-mata kemaslahatan (mashalah mursalah). Dasar pertimbangan maslahat ini juga yang menyeleksi ragam acara yang dipandang membawa maslahat. Tentu saja dalam konteks ini ada ruang bagi tradisi dan kreasi yang baik, sehingga ada variasi dari tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu yang lain. Jika dibarengi niat yang lillah, untuk meninggikan Dinullah dan tidak ada sesuatu yang melanggar syari’ah dalam mata acaranya, insyaAllah bernilai ibadah. Di lingkungan PKS, biasa diadakan peringatan maulid Nabi Saw oleh DPP maupun struktur di bawah. Bahkan dianjurkan agar pelaksanaannya bekerja sama dengan masjid, lembaga keagamaan atau masyarakat sekitar. Para Kepala pemerintahan kader PKS biasa memprakarsai atau mensponsori para Da’i atau asatidz kader PKS biasa menjadi penceramah dalam peringatan ini.

d. Yasinan Disebutkan dalam sebuah riwayat Imam Ahmad bahwa Surah Yasin merupakan qalbunya al-Qur’an. Membacanya merupakan ibadah. Disepakati aturan membacanya di samping orang yang sakit parah. Boleh dibaca untuk pengobatan dengan ruqyah syar’iyah. Boleh membacanya untuk yang sudah meninggal, menurut jumhur ulama. Sejauh ada pendapat yang membuka peluang amal adalah tidak bijak menutupnya bagi siapa yang ingin melakukannya. Waktu membacanya luas, boleh siang apalagi malam dan pada waktu-waktu yang khidmat. Tidak perlu dibatasi waktu tertentu. Pertimbangannnya adalah kesempatan dan kekhidmatan. Membiasakan acara membaca al-Qur’an atau memilih surat-surat tertentu, insya Allah merupakan ’adah shalihah atau tradisi yang baik. Memilih surat tertentu untuk dilazimkan dibaca, bukan karena mensyaratkan atau membatasi, tapi karena lebih menyukainya atau lebih familiar, insya Allah merupakan kabajikan, semoga Allah mempertemukan pembacanya dengan surat yang dicintainya.

Secara umum, merupakan kebijaksanaan dalam da’wah PKS untuk menghidupkan sunnah yang telah ditinggalkan (ihyaul sunnah al mahjurah) dan tradisi Islami yang menyemarakkan syiar Islam sebagai cerminan ketaqwaan.

Melalui Bayan ini kami serukan kepada segenap pecinta kebenaran dengan semangat iman dan keadaban, agar tidak termakan oleh fitnah dan hasutan baik lisan maupun melalui selebaran gelap yang menuduh PKS adalah Wahabi dan Bukan Ahlusunnah Al Jama’ah. ”Berbuat dusta dan menyebarkannya adalah dosa besar” (HR Bukhori)

Hasbunallah wani’mal wakil, wahuwal muwaffiq ila aqwamith thoriq

Jakarta, 21 Syawal 1529/21 Oktober 2008

Dewan Syari’ah Pusat Partai Keadilan Sejahtera

KH. DR. Surahman Hidayat, MA Ketua

(Dikutip Dari Koran Republika dan Pikiran Rakyat, Tgl 23 Oktober 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar