Di sore indah ini saat menanti buka puasa saya ingin menceritakan sebuah kisah.
Ada 4 orang yang memilih jalan kehidupan yang berbeda-beda.
Orang I, melihat bahwa hidup di dunia ini demikian berat, dan ia merasa tidak mampu untuk berprestasi. Ia memilih untuk hidup apa adanya saja, yang penting bisa makan, bisa hidup normal. Ia tidak mau bekerja lebih keras dan menempuh resiko hidup yang lebih tinggi. Setelah ia meninggal, tidak ada orang yang mengenangnya.
Orang II, melihat bahwa banyak yang ia kerjakan dalam kehidupan di dunia. Ia mampu berprestasi dan membahagiakan keluarganya. Namun ia enggan berbuat untuk orang banyak, karena ia menganggap yang berhak menikmati jerih payahnya hanya orang-orang terdekatnya saja. Setelah ia meninggal, ia hanya dikenang oleh keluarganya saja, dan dilupakan oleh orang lain.
Orang III, melihat bahwa amat banyak peluang bisa ia raih dalam kehidupan dunia. Baginya, yang penting bisa menikmati dunia sepuas-puasnya yang hanya sebentar. Ia tidak peduli halal ataupun haram. Uang korupsi ia ambil juga. Usaha menipu dan mengambil hak orang lain, tanpa ragu ia lakukan. Hingga akhirnya ia dijebloskan di penjara dan mati menderita.
Orang ke IV, melihat bahwa disamping peluang untuk meraih kesuksesan di dunia, ia melihat kesuksesan "lain" ketika bisa membahagiakan orang banyak. Waktunya ia curahkan maksimal untuk meraih kesuksesan dan kejayaan. Namun hasil kesuksesannya ia gunakan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Ia mengamalkan sabda Nabi, sebaik-baik kamu adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Mari kita menilai diri kita sendiri, apakah kita seperti Orang I, II, III, atau IV. Jika kita nilai, Orang I memiliki nilai kesuksesan 25, Orang II memiliki nilai 50, Orang III memiliki nilai 0 dan orang ke IV memiliki nilai kesuksesan 100.
Suatu ketika di Masjid Al-Mujtaba' Duren Sawit, merbot (penjaga) masjid tersebut meninggal dunia. Sang Almarhum dalam istirahatnya menyunggingkan senyum yang sangat manis, seakan menampakkan kebahagiaan akan berjumpa dengan Tuhannya. Banyak orang takjub dengan pemandangan ini, hingga banyak pelayat mencium kening sang Almarhum.
Kemudian beredarlah kisah-kisah indah, bahwa Almarhum secara konsisten selalu hadir 30 menit sebelum shalat 5 waktu dimulai untuk membersihkan dan menyiapkan masjid. Dan ini telah beliau lakukan selama 20 tahun. Almarhum juga terkenal sebagai sosok yang ramah, murah senyum dan tidak pernah mengeluh.
Tuhan Maha Adil. Untuk memiliki Nilai Kesuksesan 100 kita tidak perlu lebih dahulu menjadi orang kaya atau pejabat tinggi. Seorang merbot masjid, atau penyapu jalanan ketika ia lakukan tugasnya dengan penuh cinta, dedikasi dan kesetiaan yang tinggi, maka nilai kesuksesannya akan sangat luar biasa, baik di mata manusia apalagi dihadapan Allah SWT. Karena ia menyapu jalanan seperti Beethoven menggubah musik, atau seperti Pablo Piccasso melukis. Hingga para Malaikat dan penghuni surga merasa takjub, bahwa disini pernah hidup seorang merbot, seorang penyapu jalan yang melakukan tugasnya dengan sempurna penuh cinta.
Agung Yulianto