Rabu, 10 Juli 2013

Kisah Syahidnya Sa'ad bin Mu'adz


Banyak episode-episode dalam Film Omar ibn Khattab yang membuat air mata kita mengalir. Saat Islamnya Umar, saat meninggalnya Abi bin bi Thalib, saat tibanya Rasulullah SAW di Madinah.

Episode lain yang mampu menguras air mata kita, adalah saat meninggalnya Sa'ad bin Mu'adz.

Positif Feeling Setiap Saat


Ciptakan Positive Feeling dalam setiap event Anda. Maka rasa Positif akan muncul ketika Anda melakukan event yg sama di masa yad! Inilah Inti Sukses dan Bahagia.
Seorang anak yg merasa senang ketika datang pertama kali ke sekolah. Maka rasa senang akan muncul kembali ketika setiap ia akan ke sekolah.
Sebaliknya jika seorang anak merasa kesal, marah, sebal ketika pertama kali ke sekolah. Maka rasa itu akan muncul kembali setiap ia akan ke sekolah di masa yad.
Maka sertai setiap event Anda dg rasa syukur, ikhlas dan bahagia, maka rasa inipun akan muncul dalam setiap events Anda. Dibuktikan dengan hadirnya senyum, keramahan dan kedermawanan.

Jalan Hidup Sederhana Para Miliarder


Lebih mudah mencari uang daripada membelanjakannya. Anda percaya katakata itu? Namun, itulah jargon Warren Buffet, salah satu orang terkaya di dunia yang menghimpun pundi-pundi harta sampai 47 miliar dolar AS. Kalimat ini tentu mudah diucapkan para miliarder yang kelebihan duit. Namun, Buffet benar-benar serius dengan ucapannya itu.
Pada 2006 dia menghibahkan 83 persen kekayaannya senilai 37 miliar dolar AS yang sebagian besar dalam bentuk saham ke Yayasan Bill Gates, pemilik Microsoft yang menjadi orang terkaya nomor dua dunia. Dua persen lagi kekayaannya juga dihibahkan ke berbagai yayasan dan proyek amal.
Setahun sebelumnya, Buffet dan Gates bertemu secara pribadi. Pertemuan hanya dijadwalkan berlangsung setengah jam. Ketika keduanya bersua, pertemuan molor sampai 10 jam. Gates menjadi pengagum berat Buffet.
Hingga kini, Buffet masih tinggal di rumah yang dibelinya 50 tahun lalu seharga 31.500 dolar AS di Omaha, Nebraska. Rumah yang cukup besar, tapi sederhana, masih seperti ketika pertama kali dibeli. Bentuk rumah berdinding kayu tanpa pagar itu bahkan lebih mirip gudang pertanian ( barn) model gambrel.
Setiap hari Buffet membawa sendiri mobilnya Cadillac DTS tanpa sopir pribadi, bahkan pengawal. Walau perusahaan investasi miliknya, Berkshire Hathaway, mengendalikan 63 perusahaan, sang bos besar tak pernah membawa telepon genggam. Buffet juga jarang bergaul dengan kalangan jetset. Selesai dari kantor dia langsung pulang ke rumah, membuat popcorn dan nonton televisi, atau memainkan ukulele.
Satu-satunya kemewahan yang tampak hanyalah pesawat jet pribadi Gulstream IV milik Berkshire Hathaway, yang sebelumnya enggan dia beli karena dianggap pemborosan. Kebetulan Berckshire ju ga menguasai perusahaan penye waan jet pribadi, Netjets, dan Exe cutive Jet Aviation. Ketika ditanya mengapa tak membeli yacht, dia bilang, Kebanyakan dari mainan itu hanya bikin pening kepala.
Menyumbang diam-diam Gaya hidup miliarder yang seperti orang kebanyakan tak hanya dilakoni Buffet. Carlos Slim, raja telekomunikasi Meksiko de ngan kekayaan 53 miliar dolar AS dan baru saja menjadi orang terkaya dunia mengalahkan Bill Gates, juga masih tinggal di rumah yang sama selama 40 tahun. Slim pun tak punya pesawat jet pribadi atau kapal pesiar yacht.
Ingvar Kamprad, pendiri perusahaan furnitur Ikea dari Swedia, terkenal dengan kutipannya, Orang-orang Ikea tidak suka bermobil mewah atau menginap di hotel mahal. Prinsip itu berlaku juga baginya. Kamprad suka terbang dengan pesawat kelas ekonomi. Bila bepergian, ia sering menggunakan angkutan umum atau mengendarai mobil tuanya, Volvo 240 GL.
Frederik Meijer juga mirip Kamprad. Pemilik jaringan hipermarket Meijer di kawasan Midwest, Amerika Serikat (AS), ini mempunyai kekayaan 5 miliar dolar AS. Namun, Meijer me ngendarai mobil biasa sampai mo bil itu benar-benar mogok. Selain hanya memakai penerbangan kelas ekonomi, di luar kota Meijer memilih menginap di motel.
Tapi, yang paling unik dari semuanya adalah Chuck Feeney, pendiri Duty Free Shoppers Group Ltd (DFS). Dia punya moto, Saya dibentuk untuk bekerja keras, bu kan untuk menjadi kaya. Feeney kebetulan lahir dari keluarga miskin. Kini, dia sudah kaya raya, tapi tetap bekerja keras dan juga beramal besar. Feeney mendona sikan 600 juta dolar AS ke almamaternya Cornell University, ke berbagai sekolah, pusat riset, dan rumah sakit.
Sekitar 3,5 miliar dolar AS hasil penjualan sahamnya di DFS tahun 1984 masuk sebagai dana milik yayasan amalnya. Semua itu disumbangkan oleh pria keturunan Irlandia itu secara rahasia. Yayasan amalnya sengaja didirikan di Bermuda untuk menghindari kewajiban keterbukaan informasi dari kantor pajak AS.
Sampai akhirnya awal 1998, muncul sengketa dengan Robert Miller, sesama pendiri DFS, dalam penjualan saham DFS oleh yayasan amalnya. Terbongkarlah amal-amal sumbangan Feeney ke publik dan memaksanya turun gunung. Urusan uang memang menarik bagi banyak pihak. Tapi, tak ada yang bisa memakai dua pasang sepatu secara bersamaan,ucap Feeney kepada harian New York Times.
Ucapan itu menjelaskan kenapa sampai tahun 1998 hartanya tinggal 5 juta dolar AS. Feeney bahkan tak punya rumah ataupun mobil, dan lebih sering menggunakan angkutan umum. Anakanak Feeney pun dibesarkan sebagai anak orang biasa yang menghabiskan liburan musim panasnya dengan bekerja. Arloji yang dipakainya pun hanya seharga 15 dolar AS. Bahkan, orang terdekatnya mengatakan,Kalau dijual pun hanya laku 5 dolar AS. ap/times/business week
Contoh lainnya orang yang menjalankan ‘pola hidup sederhana’ adalah Azim Hasham Premji. Pendiri Wipro (Perusahaan consultan dan outsorcing) yang beberapa tahun menempati tahta sebagai orang terkaya di India (Konon pernah kekayaannya melebihi Bill Gates) ini terkenal menerapkan pola hidup sangat ‘frugal’ (antara sederhana dan irit).

Kemana-mana mengemudikan sendiri mobil Corollanya, naik pesawat selalu kelas ekonomi, bila sedang mengunjungi kantor cabang selalu tidur di mess perusahaan dan bukannya hotel bintang lima.

Di kalangan bisnis dan Wipro juga dikenal berusaha secara ‘bersih’, menolak memberikan suap pada pejabat-pejabat di India. No mean feat, untuk seorang pengusaha di negara yang rating suapnya tidak terlalu jauh beda dengan Indonesia. Yang jelas beliau terlahir di keluarga Muslim di Gujarat.

Menyerahkan Pengaturan pada Allah


Maqam tertinggi dari seorang Salik (Penempuh Jalan Ruhani) adalah ketika secara bulat menyerahkan seluruh urusan hidupnya pada Allah. Siapapun yg menyerahkan pengaturan dirinya kepada Allah, maka Allah SWT akan memberikan pengaturan terbaik untuknya (al-Tanwir fi isqath al-Tadbir karangan Ibn AthaiLlah).
Bentuk berserah diri kepada Allah persis seperti awal shalat. Takbir berarti mengakui bahwa hanya Allah yang Maha Besar. Laa Quwwata illa biLlahi. Do’a iftitah mengajarkan untuk menyerahkan seluruh diri kita, fisik, perasaan dan pikiran, kepada Pencipta langit dan bumi, dan agar kita termasuk dalam orang yang lurus dan berserah diri (haniifan musliman) dan bukan termasuk orang yang musyrik. Selanjutnya menandaskan bahwa seluruh shalat, ibadah, hidup dan mati hanya untuk Allah Rabb semesta alam, dan kita tidak pantas mensekutukan dengan sesuatupun, dan demikianlah kita diperintahkan dan semoga kita termasuk orang yang berserah diri.
Sadari sikap ini dengan sepenuh pikiran dan perasaan, siap diatur oleh Allah SWT. Hanya Allah tempat bergantung sedangkan diri kita tidak ada apa-apanya. Ketika kita menggantungkan hanya kepada Allah (1) dan kita menisbikan diri (0) maka kita jumpai 1 dibagi 0 adalah tidak berhingga.
Seorang ustad ditanya oleh jama’ah pengajian ibu-ibu, “apa hukumnya melahirkan dibantu dokter pria sedangkan ada dokter wanita?”. Sang ustad mengatakan, “Bayi gajah jauh lebih besar dari bayi manusia, dan lubang keluar bayi gajah tidak lebih besar dari lubang keluar bayi manusia, tetapi tidak ada bayi gajah dilahirkan Cesar. Sedangkan manusia sekarang lebih 50% melahirkan bayinya dengan cesar”.
Ketika manusia bergantung dan mengandalkan kepada selain Allah, maka Allah akan menyerahkan urusan dan hasilnya pada apa yang ia gantungi. Selanjutnya hidupnya hanya akan mengikuti kaedah sebab-akibat belaka, yang lemah tidak memiliki kekuatan apa-apa.
Sebaliknya, dengan mengandalkan pertolongan Allah berarti kita mengandalkan kekuatan yang tak berhingga sebagaimana nabi Musa menyeberangi laut Merah, nabi Ibrahim tidak terbakar api, umat Islam mampu memimpin peradaban dunia selama 700 tahun, dan Rasulullah SAW dari seorang diri hingga kini lebih dari 1,5 miliar manusia beriman kepada Allah SWT.
Bagaimana prakteknya?
Menyerahkan pengaturan pada Allah berarti menempuh jalan Allah. Jalan lurus, jalan yang Allah berikan ni’mat, jalan para nabi, shiddiqiin, jalan para syuhada dan orang-oang shalih. Siapa yang menempuh jalan ini akan mendapatkan kebahagiaan dan keni’matan haqiqi, menjumpai surga dunia sebelum pada akhirnya memasuki surga akhirat yang abadi.
Menyerahkan pengaturan kepada Allah berarti tidak akan mengambil jalan yang tidak diridhoi Allah, memaksakan segala cara untuk memuaskan nafsunya semata.
Menyerahkan pengaturan pada Allah berarti melakukan ikhtiar secara maksimal. Ia menyadari bahwa, setelah menyerahkan pilihan hidup dan pengaturan urusannya kepada Allah, kewajibannya hanyalah menjalankannya dengan sepenuh tenaga, segenap fikiran dan kesungguhan. Barulah ia boleh tawakal dengan ikhlash dan penuh ridho, mengembalikan hasilnya kepada Allah. Dan selanjutnya kembali siap mendapatkan arahan untuk pengaturan selanjutnya.
Menyerahkan pengaturan kepada Allah bukanlah menjadi berkinerja rendah. Sebagaimana, salah satu definisi zuhud, sebagai salah satu sifat utama seorang salik, adalah “hariitsun ‘ala maa yanfa’uh” atau getol bersungguh-sungguh pada hal yang bermanfa’at. Hal ini menjelaskan bahwa, orang yang bekerja dengan motivasi keimanan seharusnya melahirkan kinerja yang jauh melampaui orang yang bekerja dengan motivasi keduniaan.
Serahkan pengaturan pada Allah dan bersiaplah memasuki Dimensi Quantum (Dimensi Keimanan) yang luar biasa. Bersiaplah menyaksikan kuasa Allah wujud dalam keseharian kita. Bersiaplah menempuh jalan spiritual yang berisi keni’matan haqiqi.

Rahasia Menikmati Qiyamul Lail hingga Batu dan Permata Terlihat Sama


Seorang tabi’in berkata, “Sungguh jika tiada sepertiga malam terakhir, aku tidak betah hidup di dunia ini”. Mereka benar-benar mereguk kenikmatan tiada tara saat berkhalwat dengan Tuhannya. Namun mengapa kita belum bisa merasakannya?
Berbagai keutamaan qiyamul-lail sudah kita baca atau kita dengar dari para ulama. Kitapun sudah beberapa kali mencoba melaksanakannya, dengan mujahadah (kesungguhan) melawan kantuk dan dinginnya malam. Namun, berkali-kali juga kita mengalami futur (lalai), tidak dapat lagi melaksanakan qiyamul-lail.
Ma’lumat dan pemahaman perihal keutamaan Qiyamul-Lail sudah sama-sama mafhum. Jika belum silahkan googling saja dengan keyword “qiyamul lail”, atau mampir toko buku maka akan kita jumpai puluhan buku tentang keutamaan qiyamul-lail. Namun mengapa demikian berat untuk taf’il (melaksanakan) Qiyamul Lail tersebut?
Menurut saya, sebabnya adalah karena kita belum dapat menikmatinya. Sehingga pikiran bawah sadar kita masih merasakan bahwa qiyamul-lail itu beban yang berat.
Waktu sepertiga malam, saat dimana bumi mengeluarkan gelombang kekhusyu’an (alfa), sebagaimana firman Allah “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan” (Al-Muzammil 6). Seharusnya, saat-saat inilah zikir dan bacaan Al-Quran kita lebih berkesan, hati lebih mudah bergetar ketika Asma Allah disebut. Jiwa kita lebih bening sebening embun pagi di dedaunan. Air mata lebih mudah meleleh bahkan tertumpah dan tak kuasa kita hentikan. Hati menjadi halus dan lembut, sehingga hijab kita dengan Allah semakin transparan. Pendeknya inilah surga dunia yang telah dinikmati oleh para shahabat, tabi’in dan salafus salih. Maukah kita memperolehnya?
Mengapa kita belum bisa menikmati Qiyamul Lail? Mungkin karena kita kurang “Mujahadah” (memaksakan diri). Ya, betul… Namun bukan itu maksud saya. Bisa jadi pada waktu-waktu yang lalu kita sudah mujahadah, namun lagi-lagi giliran futur itu datang.
Kita sulit qiyamul-lail dan hati kita mati karena kita masih melakukan banyak ma’shiyat dan dosa. Bukankah ma’shiyat dan dosa akan menimbulkan noktah hitam di hati hingga hati kita menjadi kasat dan mati. Do’a yang kita panjatkan tidak diistijabah oleh Allah SWT. Ya, betul sekali, sangat tepat…! Tapi saya ingin berangkat dari prespektif lain.
Prespektif lain itu adalah, kita tidak dapat menikmati qiyamul-lail, dan masih banyak melakukan ma’shiyat adalah karena “kita belum mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT”. Hati kita masih diisi oleh selain Allah, masih jauh dari Allah.
Mari pertama-tama kita niatkan dan azamkan diri kita bahwa kita sangat ingin untuk taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya.
Dari Abu Hurairah RA disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah bersabda, ‘Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Kalau ia mengingat-Ku dalam hati, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Kalau ia mengingat-Ku di tengah kerumunan orang, Aku pun akan mengingatnya di tengah kerumunan yang lebih baik daripada mereka. Kalau ia mendekat diri kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekatkan Diri kepadanya sehasta. Kalau ia mendekatkan diri pada-Ku sehasta. Aku pun akan mendekatkan Diri padanya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil”.
Waktu-waktu di keseharian kita, masih sunyi dari zikir kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang duduk dalam suatu tempat, lalu disitu ia tak berzikir kepada Allah, maka kelak ia akan mendapat kerugian dan penyesalan” (HR Abu Dawud). Dalam keseharian kita, di ketika mandi, di perjalanan kantor, istirahat, hati dan pikiran kita tidak zikir kepada Allah dan lantas diisi oleh selainnya. Bahkan! bangun tidur kita lupa berdo’a, masuk dan keluar kamar mandi lupa berzikir, selesai makan lupa memuji dan berterima kasih kepada-Nya. Astaghfirullahh… beristighfarlah berulang kali saudaraku. Rasakanlah penyesalan dan biarkan air matamu meleleh…
Mulai detik ini isilah setiap relung hati dan celah pikiran dengan zikir kepada Allah. Di setiap waktu dalam 24 jam hidup kita isilah dengan zikir. Jika kita melakukannya, bahkan dalam tidurpun kita tetap bermimpi berzikir dan bershalawat. Banyak zikir-zikir singkat, seperti dua kalimat yang paling berat di sisi Allah, yaitu, “SubhanaLlahi wabihamdihi… SubhanaLlahil-azhiem…”. Atau dengan beristighfar, “Astaghfirullah… astaghfirullah…”, bertasbih, “Subahanallahi… subhanallahi”. Bahkan cukup dengan menyebut asma Allah, “Allah… Allah… atau Yaa Allah.. Ya Allah”. Lakukanlah dimanapun, dan kapanpun, bahkan multitasking sambil melakukan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari. Jika ada waktu senggang, zikir yang paling utama adalah Al-Quran. Membaca Al-Quran, mentadabburinya, menghafalnya, mengulang hafalan atau bahkan sekedar mendengarkan kaset murattal AlQuran sambil kita mengendarai kendaraan.
Zikir ini akan mengikis dosa dan kotoran jiwa, seperti mengikis karat hingga kemilau emas muncul kembali. Dengan sendirinya, zikir akan mencegah kita berbuat dosa dan ma’shiyat lagi. Ketika kita akan berbuat sesuatu yang dilarang Allah, hati yang telah dipenuhi Asma Allah akan otomatis menolaknya.
Zikir akan semakin menghaluskan hati kita. Semakin memudahkan kita menangis dalam berbagai kondisi. Semakin memahami hakikat dan semakin ma’rifat kepada Allah. Suatu ketika ada sekelompok shahabat yang telah mengalami kehausan karena kehabisan minuman dalam perjalanan safar berhari-hari. Ketika mereka menemukan sebuah sumber air, segera mereka minum dan membasahi muka sepuas-puasnya. Namun ada seorang shahabat yang justru ketika ia akan mengambil air ia menangis sesenggukan. Shahabat lain pun bertanya, “Mengapa engkau menangis padahal Allah memberikanmu minuman pada saat kehausan?”.
Shahabat tersebut berkata, “Ketika aku membaca do’a “Allahumma bariklana fii maa razaqtana waqina adzabannaar”, terbayang olehku penduduk neraka yang lebih haus dariku namun diharamkan padanya meminum air sedikitpun. Firman Allah: “Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: “Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu”. Mereka (penghuni surga) menjawab: “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir, (Al-A’raaf: 50). Subhanallah, shahabat tersebut mampu menangkap hakikat kalimat “waqina adzabannar” dalam do’a mau makan dan minum, karena ia selalu berzikir mengingat Allah.
Jika dalam setiap tarikan nafas kita selalu berzikir, dalam setiap langkah kita diikuti dengan zikir, maka akan muncul banyak keajaiban dalam hidup kita. Allah akan mengaruniai limpahan kenikmatan yang menisbikan kenikmatan dunia. Barulah kita bisa memahami kisah dalam hadits berikut :
Diriwayatkan bahwa Haritsah RA berkata kepada Rasulullah SAW, “Pagi ini, saya menjadi mukmin yang sebenarnya”. Beliau berkata kepadanya, “Seorang Mukmin yang benar itu memiliki hakikat. Lantas apa hakikat dari keimananmu?” Ia menjawab, “Saya jauhkan diriku dari dunia, hingga di mataku BATU dan PERMATA terlihat sama….”
Subahanallah… batu dan permata terlihat sama. Espass dan Alphard terlihat sama!
Kita lanjutkan haditsnya:
“… Saya seakan-akan melihat singgasana Tuhanku tampak nyata. Saya seakan-akan melihat penduduk surga bersenang-senang di dalam surga dan penduduk neraka disiksa di dalam neraka.” Beliau SAW berkata, “Hai Haritsah, kamu telah mengetahuinya. Karena itu, istiqomahlah”. Inilah mungkin yang dalam tasawuf disebut “Kasyaf”.
Saudaraku, mari hidupkan hati, lembutkan jiwa dengan selalu berzikir kepada Allah SWT. Barulah kita bisa menikmati indahnya dan nikmatnya Qiyamul Lail. Berikutnya kita akan merasakan berbagai kenikmatan spiritual dan ayat-ayat keajaiban Allah dalam hidup kita.
Mari penuhi hidup kita dengan zikir, dan perhatikan apa yang akan terjadi 

Zuhud


Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang harta. Akan tetapi, zuhud terhadap dunia adalah lebih mengharapkan yang ada disisi Allah daripada yang ada di tangan kita. Jika ditimpa musibah, maka kita lebih berharap untuk mendapat pahala (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Idris Al-Khaulani RA).
Zuhud adalah amalan hati. Abu Sulaiman Ad-Darany berkata: “Janganlah kamu berkata seseorang itu orang yang zuhud, atau seseorang itu tidak zuhud, karena zuhud itu tempatnya di hati”.
Orang yang berpakaian lusuh belum tentu zuhud, karena bisa jadi dia mencuri karena uang Rp 10.000. Di lain pihak, orang yang necis dan bermobil bagus belum tentu tidak zuhud,siapa yang tahu apa isi hatinya?
Namun perlu diingat, bahwa salah satu definisi ZUHUD: hariitsun ‘alaa maa yanfa’uh. Getol terhadap apa-apa yang bermanfaat. Jadi ZUHUD bukanlah miskin kinerja.
Orang Zuhud mempu memperoleh dunia, namun ia tinggalkan untuk mengejar akhirat. Beda dengan orang yang terpaksa miskin karena malas. Wallahu a’lam. (Agung Yulianto)

Pelajaran Berpikir Positif dari Surah Adh Dhuha


Surah Adh Dhuha memberikan pengajaran dengan sangat mendalam tentang Berpikir Positif. Di lain pihak, Shalat Sunnah Dhuha banyak dianggap sebagai Shalat Sunnah mohon rizki. Lantas apa hubungan dari hal itu semua?
Arti dari Dhuha adalah saat matahari di pagi hari. Oleh karena itu waktu ideal melaksanakan shalat dhuha adalah ketika matahari naik sepenggalan atau sekitar pk. 8, walaupun diperkenankan sejak matahari mulai terbit (sekitar pk. 6 - 6.30).
Surat ini dimulai dengan qasam (sumpah) dengan huruf wâw (و) dan dhuhâ (ضُحَى) sebagai muqsamu bih-nya (مُقْسَمٌ بِهِ, obyek yang digunakan untuk bersumpah). Pendapat yang berlaku di kalangan ulama terdahulu mengatakan bahwa sumpah al-Qur’an dengan wâw mengandung makna pengagungan ter hadap muqsamu bih (مُقْسَمٌ بِهِ). Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa sumpah Allah dengan sebagian makhluk-Nya menunjukkan bahwa ia termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya yang besar. Menurut Muhammad Abduh, sumpah dengan dhuhâ (cahaya matahari di waktu pagi) dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya dan besarnya kadar kenikmatan di dalamnya. Berarti pada saat matahari naik di pagi hari (Dhuha) dan pada saat sunyinya malam ada rahasia penting tentang nikmat Allah di dalamnya.
Mari kita renungkan satu persatu lanjutan ayat-ayatnya.
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ
“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu”
Para mufasir sepakat bahwa latar belakang turunnya surat ini adalah keterlambatan turunnya wahyu kepada Rasulullah Saw. Keadaan ini dirasakan berat oleh Rasul, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa Muhammad Saw. telah ditinggalkan oleh Tuhan nya dan dibenci-Nya.
Ayat ini memberikan taujih (arahan) kepada Rasulullah SAW agar tetap berpikir positif kepada Allah SWT, dan tidak menduga-duga hal negatif atau hal buruk seperti yang ada di pikiran orang-orang munafik dan musryrik.
وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِۚ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ
“dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk…” QS. 48 ayat 6.
Jikapun hidup kita berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Yakinlah hari-hari kemudian akan lebih baik dari hari-hari sekarang dan hari-hari yang telah lalu.
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ
“Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)”
Berprasangka baiklah Allah SWT akan memberikan karunia dan rahmat yang besar di hari-hari esok, dan JANGAN BERPUTUS ASA!
اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْفَأَلَ و يَكْرَهُ التَّسَاؤُم
“Sesungguhnya Allah mencintai sikap optimis dan membenci sikap putus asa” (Hadits)
Kalaupun sepanjang hidup kita di dunia selalu dalam kesulitan dan kesempitan, kita tetap berpikir positif bahwa kelimpahan dan kenikmatan akan Allah berikan kepada kita di Hari Akhirat. Maka orang yang bisa berpikir positif seperti itu, tetap tersenyum bahagia dalam menjalankan kehidupan sulitnya di dunia.
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ
“Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas”
Optimis dan yakin berjumpa Allah di hari Akhir nanti dan mendapatkan limpahan karunia-Nya yang tak terkira, sungguh akan memuaskan hati kita. Karunia Allah kepada penduduk dunia seperti air menetes dari jari yang dicelupkan ke lautan, dibandingkan karunia Allah di hari Akhirat yang seluas lautan itu sendiri.
Bagaimana agar kita selalu berpikir positif? Ingatlah semua nikmat-nikmat Allah yang jika kita hitung tentu tidak akan sanggup.
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ, وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ, وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَى
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk? Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?”
Ingat, renungkan rasakan betapa luas nikmat Allah kepada kita. Apa nikmat Allah yang paling Anda syukuri? Diantaranya adalah, Anda bisa melihat tulisan ini, yang melibatkan kerja miliaran sel, prajurit-prajurit Allah SWT. Bagaimana jika sel-sel itu tidak bekerja?
Yuk kita bersyukur dengan lisan, fikiran dan perasaan. Nikmat sekecil apapun! Dengan lisan ucapkan “Alhamdulillah”, didukung dengan pikiran dan perasaan kita. Sampaikan rasa terimakasih tak berhingga seperti seorang pengemis yang berhari-hari kekurangan makan dan diberi makan oleh seorang kaya, seperti seorang pasien yang sudah berbulan-bulan menderita sakit dan disembuhkan dengan bantuan seorang dokter. Yang Allah berikan kepada kita lebih dari orang kaya dan dokter tersebut di atas, namun mengapa kita lupa mengucapkan terima kasih kepada-Nya? Pantas jika Allah belum menambah ni’mat kepada kita, ni’mat-ni’mat yang lalu saja belum kita syukuri sebagaimana mestinya.
Kalaupun ada kesulitan dan kekurangan dalam hidup kita, tetap saja karunia dan kelimpahan dari Allah masih jauh lebih besar. Lihatlah kebawah, orang-orang yang lebih susah dari kita, lebih sakit dari kita, lebih miskin dari kita. Jangan selalu melihat ke atas. Melihat ke bawah akan menghaluskan jiwa, melembutkan perasaan, menghidupkan syukur dan mengobati stress, ketidakpuasan dan putus asa.
Setelah bersyukur dengan lisan, fikiran dan perasaan, syukur sejati adalah syukur dengan ‘amal.
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ, وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
“Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.”
Seorang yang bersyukur akan memanfaatkan nikmat-nikmat yang diperolehnya untuk ibadah, amal shalih, dan perbuatan baik terhadap sesama. Itulah yang dimaksud dalam ayat pamungkas surat ini :
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. Wallahu a’lam 

Umpan Balik Kehidupan


Ada sebuah kisah tentang seorang bocah sedang mendaki gunung bersama ayahnya. Tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduhh!” jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, “Aduhh!”. Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, “Hei! Siapa kau?”Jawaban yang terdengar, “Hei! Siapa kau?” Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, “Pengecut kamu!” Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa.
Ia bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?” Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.” Kemudian Lelaki itu berkata keras, “Saya kagum padamu!” Suara di kejauhan menjawab, Saya kagum padamu!” Sekali lagi sang ayah berteriak “Kamu sang juara!” Suara itu menjawab, “Kamu sang juara!” Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti.
Lalu sang ayah menjelaskan, “Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan.” Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu. 

Positive Thinking 01


Abduh sudah berusaha bangun pagi. Ia dapat check-in on time. Namun entah mengapa, ia tidak mendengar panggilan untuk boarding. Ia baru menyadari setelah 5 menit boarding ditutup.
Di sampingnya juga ada seorang ibu yang marah dengan penuh emosi akibat tidak ada toleransi dari petugas. Abduh hanya tersenyum, dan positive thinking bahwa pasti ada hikmah dari semua kejadian ini.
Bisa jadi, Allah mempunyai rencana tersendiri dg keterlambatan ini. Atau mungkin Allah akan memberikan kebaikan, bukankan bersama kesulitan pasti ada kemudahan?
Penerbangan berikutnya menuju Samarinda pukul 11. Sekarang baru pukul 6.30, berarti masih 5,5 jam lagi! Terbayang betapa betenya menunggu.
Lima jam lebih waktu kosong, dunia jadi melambat, tidak ada yang harus diburu-buru. Kaki melangkah dengan santai, bahkan jantung berdetak lebih lambat, nafas keluar masuk lebih rileks namun dalam.
Abduh mencari posisi yang nyaman, ia ingin menyempurnakan bahan training yang harus disampaikan pada seminar 2 hari Spiritual Entrepreneurship sore nanti. Sambil menikmati Bakmi Goreng Spesial ia memainkan macbook kesayangannya.
Luar biasa! Ia mendapatkan insight, ide-ide brilian. Mungkin karena ia mengedit dalam keadaan santai dan rileks sehingga pikiran bawah sadarnya bisa bekerja dengan baik melahirkan kreativitas yang tidak muncul pada keadaan biasa.
Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 9, check-in pasti sudah dibuka. Abduh segera menuju counter check-in.
Selesai check-in, Abduh menuju boarding room di zona 3.
Dilihatnya arloji di tangannya, "Masih 2 jam lagi". Dilihatnya mushalla apik dan bersih di sudut gedung. Ada 1 orang tengah khusyuk shalat dhuha di dalamnya.
Ia teringat, Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan shalat dhuha, "sebaiknya aku dhuha dulu", batin Abduh.
Air wudhu yang sejuk membasahi anggota tubuhnya dan terasa melunturkan dosa. Abduh demikian menikmati shalat dhuha ini. Sungguh 8 rakaat terasa kurang. Tak terasa buliran air mata menetes, mencuci kekotoran hati, melembutkan kekesatan jiwa. Fikiran dan dada terasa ringan, damai. Terasa dekat dan mesra dengan Tuhannya. Kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Duhai, kalaulah tidak karena ketinggalan pesawat, aku tidak akan mengalami 8 rakaat yang sangat berharga ini. Bahkan sudah lama aku tidak melakukan shalat dhuha 8 rakaat.
Subhanallah, mungkin Allah ingin mencuci diriku dahulu sebelum menyampaikan materi spiritual entrepreneurship, sehingga semoga materinya akan lebih berkualitas dan Allah berkenan dengan training itu, Allah memberikan hidayah-Nya kepada para peserta.
Wallahu a'lam.

Zone 3 Bandara SH

Doa yang Mustajab adalah Hak Kita


Mungkin kita berpikir, bahwa Doa yang Mustajab hanyalah diberikan kepada para WaliyuLlah (kekasih Allah). Sebenarnya, semua kita memiliki potensi doanya diistijabah oleh Allah SWT. Atau bahkan, kita semua punya potensi menjadi waliyuLlah. Menjadi waliyuLlah adalah obsesi setiap insan, karena waliyuLlah hidupnya tenteram dan bahagia. “Alaa inna auliyaa-Allaahi laa khoufun ‘alaihim walaa hum yahzanunn” Ingatlah sesungguhnya para wali Allah tidak merasakan ketakutan dan keresahan. Surah Yusuf 62.
Bukanlah merupakan suatu kesalahan, jika kita ingin melihat kejaiban dalam hidup kita, untuk lebih meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT dan hari akhir. Nabi Isa as pun meminta kepada Allah diturunkan makanan dari langit, dan Nabi Ibrahim as meminta bukti keajaiban dan dibuktikan oleh Allah SWT ketika menghidupkan kembali burung yang telah dipotong-potong dan ditempatkan di empat penjuru angin. Bayangkan, keimanan dan spiritual hamba akan semakin kuat ketika keajaiban-keajaiban terjelma seiring lantunan do’a yang ia panjatkan kepada Penciptanya.

Allah semakin senang manakala hamba-Nya sering berdo’a, menjadikan Allah sebagai gantungan hidup tempat mengadu. Dan sebaliknya tentu Allah jengah kepada manusia lemah yang sok kuat mengandalkan kekuatan otot dan otaknya yang tidak ada apa-apanya, sehingga tidak pernah bersandar pada-Nya Zat Yang Maha Kaya, Penguasa dan Pemilik Alam Semesta. Allah SWT akan berlepas dari seorang manusia sombong yang tidak mau bergantung dan meminta pada-Nya, dan selanjutnya nasib hidup hamba sombong tersebut hanya akan ditentukan oleh otot dan otaknya sendiri.

Pertama, sadarilah bahwa makshiyat akan menghijab do’a. Itulah sebabnya mengapa do’a selalu diawali dengan istighfar dan taubat. Bahkan, istighfar ternyata berhubungan erat dengan rizki material, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Nuh 10-12 :

“Maka, aku berkata (kepada mereka): “beristighfarlah (mohon ampun) pada Tuhanmu, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu. Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu”

Perbanyak istighfar, jauhi makshiyat dan dosa. Maka lambat laun kita memiliki hati yang sensitif (hasasiyatul qolb). Ketika kita berbuat makshiyat atau lupa istighfar, terasa hati ini jauh dari Allah, dan do’a-do’a kita menjadi sulit diistijabah. Kalau sudah begini, dengan sendirinya secara otomatis kita akan takut berbuat dosa.

Marginal Utility dalam Kehidupan

Masih ingat dengan The Law of Diminishing Return atau Marginal Utility yang kita pelajari waktu di SMP/SMA dulu? Semakin banyak sendok nasi yang kita makan, kenikmatannya akan terus menurun. Hal yang sama terjadi, kenikmatan mengendarai mobil baru, awalnya enak dan nyaman lama kelamaan menjadi biasa. Sebaliknya jika harus turun kelas, naik mobil yang nggak enak, awalnya akan merasa tidak enak dan mau muntah, namun lama kelamaan akan terbiasa, jadi enak juga.
Seseorang yang sebelumnya pake Mercedes E Class, siapapun tahu ini mobil paling nyaman di kelasnya. Karena sesuatu dan lain hal ia harus ganti menjadi Kijang Kapsul baru 2000 cc. Apa yang terjadi? Ia dan seluruh keluarga merasa tidak enak bahkan sebagian lagi merasa pusing dan mual. Namun lama kelamaan menjadi terbiasa dan bisa juga menikmati Kijang Kapsul.

Seseorang yang pakai mobil yang lebih nyaman, anggaplah nilai kenyamanannya 9. Rasa nyaman ini terasa signifikan waktu pertama ganti mobil. Namun lama kelamaan kenyamanan tersebut menjadi biasa rasanya sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu, hingga akhirnya nilai rasanya hanya tinggal 7 tidak jauh berbeda dengan Kijang Kapsul. Kenyamanan mobil ini baru terasa signifikan lagi, setelah saya naik mobil yang lebih rendah kualitas kenyamanannya. Inilah pentingnya variasi hidup, kadang naik angkot, kadang naik KRL, kadang makan di warteg.

Contoh lainnya, dulu saya pernah punya teman kantor sangat cantik dan seksi (maaf jika dianggap vulgar), saat itu saya menganggap nilainya 9. Lama kelamaan berinteraksi dengannya, nilai kecantikannya menjadi biasa dan turun hingga tinggal 7. Ternyata, kawan cantik satu ini punya sifat buruk, yaitu suka selingkuh dengan teman kantor pria yang masih muda. Seketika saya menjadi sebal dengannya dan nilainya anjlok di mata saya tinggal 4.

Di lain pihak, ada rekan kantor wanita yang sangat buruk rupanya, pertama kali bertemu mungkin nilainya 4. Namun lama kelamaan berinteraksi dengannya menjadi biasa dan menjadi tidak jelek-jelek amat, nilainya berangsur membaik menjadi 5,5. Apalagi setelah melihat akhlaknya yang baik, perhatian, santun, dan rajin shalat. Nilainya semakin naik hingga menjadi 7.

Hal inilah, yang dapat menjawab mengapa banyak pasangan suami-isteri artis yang ganteng dan cantik, namun umur perkawinannya tidak panjang. Ketika ukuran mereka hanya dilihat dari outer beautynya saja, maka berlakulah Marginal Utility yang nilainya semakin menurun.

Itulah pentingnya niat yang lurus dalam perkawinan. Jika menikah karena kecantikannya, keturunannya atau hartanya, maka menurun kualitasnya semua. Namun jika kita menikah karena agamanya maka “Tarobat yadaaka” kita akan merasa puas dan penuh keberkahan.

Jika kita menikah dengan niat yang benar, maka semakin berlalunya waktu kita akan semakin cinta dengan pasangan kita. Semakin cinta karena isteri kita pandai merawat anak-anak, semakin cinta kepada suami karena rajin shalat malam dan rajin berdakwah. Masya Allah…

Seorang tukang becak, yang biasa makan ngirit di warteg, suatu ketika diajak makan di Rumah Makan Sederhana, pake ayam pop atau ayam sayur, maka ia akan merasakan kenikmatan yang luar biasa seperti di surga dunia. Sebaliknya seorang kaya, yang biasa makan di hotel-hotel berbintang, restoran-restoran kelas dunia, jika kita ajak makan di rumah makan biasa tentu menjadi sangat tidak berselera.

Inilah Maha Adilnya Allah SWT. Ternyata kenikmatan tidak selalu berbanding lurus dengan materi. Itu sebabnya orang barat berkata: “You can buy bed but not sleep, you can buy house but not home“. Dan kita teringat pada perkataan sayidina Ali ra bahwa “Orang yang paling kaya adalah orang yang paling qona’ah“. Qona’ah dan bersyukur merupakan kata kunci hidup bahagia, kehidupan yang memiliki nilai tambah dan keberkahan.

Dengan memahami hal ini dengan baik, kita akan bisa memandang kehidupan dunia dengan benar.
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." Al Hadid ayat 20. WaLlahu a’lam

Spiritual itu Menular


Suatu ketika, saya bermalam dengan seorang ustad di sebuah hotel di Bali. Kami menginap selama 5 hari 4 malam. Selama 3 malam, sang Ustad senantiasa bangun jam 3 malam, melakukan Qiyamul Lail, kemudian membaca Al-Quran hingga shubuh menjelang. Hanya malam pertama saja, beliau bangun pas waktu shubuh, mungkin hal itu disebabkan masih kelelahan dan “Jet-Lag” karena Bali lebih dahulu 1 jam dari Jakarta.

Pada kesempatan yang lain, saya kedatangan tamu seorang rekan. Ketika disuguhkan kepadanya secangkir kopi panas, beliau menolak dengan halus, “Maaf saya sedang puasa”. Rupanya beliau sedang puasa senin-kamis.

Dua kejadian ini, secara signifikan mempengaruhi kondisi spiritual (maknawiyah) penulis. Spiritualitas itu menular. Jadi, mari tingkatkan ibadah kita, insya Allah dampaknya (atsar) akan bermanfaat bagi orang lain. Setiap kali kita mendatangki pertemuan (liqo) taklim, persiapkan spiritual kita sebaik-baiknya. Niscaya pancaran cahaya spiritual kita akan menerangi rekan-rekan kita yang lain. Wallahu a’lam

Menggapai Kenikmatan Hakiki


Setiap kita pasti pernah mengalami naik turunnya iman. Ketika iman dalam kondisi naik, maka hati menjadi tenang, bebas dari stress, urusan yang berat menjadi mudah, shalat khusyu’, baca Al Quran enak, hubungan antar manusia menjadi harmonis, bibir kerap tersenyum, cinta kepada Allah dan rindu kampung akhirat.

Sebaliknya, ketika iman sedang turun, maka hati dan pikiran menjadi resah gelisah, depresi melanda, masalah kecil terasa berat dan susah, shalat tidak khusyu’, baca Al Qur’an tidak bisa menikmati, hubungan dengan isteri jadi dingin, sering marah kepada anak, bibir susah tersenyum, hubud dunya dan cinta materi berlebihan.

Ketika iman dan maknawiyah kita sedang prima, kita merasakan kenikmatan hakiki yang tiada tara, kita ingin agar Allah SWT mengaruniai terus kenikmatan iman ini, seraya kita berdo’a, “Ya Rabbana, janganlah Engkau balik kembali hati kami sesudah Engkau beri hidayah kepada kami, dan karuniailah kamu kasih sayang dari Sisi-Mu….”

Saudara seiman….., untuk mendapatkan kenikmatan hakiki ini, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah tinggalkan ma’shiyat dan perbanyak istighfar. Hindarilah dosa sekecil apapun, semampu kita. Mulai dari dosa pandangan mata, dosa dusta dalam bicara, menyantap makanan haram, lalai dalam taat kepada-Nya. Ingatlah, setiap dosa yang kita perbuat akan menimbulkan noktah rona hitam, yang kian menutup hati kita. Hati menjadi mati dan tidak lagi sensitif. Tidak lagi bergetar ketika dibacakan ayat-ayat Allah atau mendengar Asma-Nya. Na’udzu biLlah…., betapa meruginya jika kita tidak dapat lagi merasakan itu semua, tidak bisa menikmati Al Qur’an, tidak mampu khusyu’ dalam shalat, tidak bisa menangis karena takut akan azab-Nya.

Jika kehidupan kita sudah terlanjur bergelimang dosa, dan jiwa demikian menderita diliputi nestapa serta kegoncangan jiwa. Segeralah berjalan menemui-Nya, maka Ia akan berlari menghampirimu. Ucapkan sayyidul Istighfar dengan lisan dan perasaan, maka engkau akan mendapati-Nya, Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Engkau akan merasakan hati ini menjadi bening, rontoklah sedikit demi sedikit noktah yang menutupi jiwa, dan engkau akan merasakan hati yang sejuk… tenang… oh… betapa indahnya.

Saudaraku… jika engkau belum mampu melakukannya, atau engkau belum bisa merasakan kehadiran-Nya, mungkin karena sudah terlalu banyak dosa kita, sudah terlalu mati dan hitam hati kita. Namun jangan berkecil hati dan berputus asa, Allah hanya sedang menguji kesungguhan dan kesabaran kita.

Saudaraku… mari kita mulai dengan 3 hari tanpa dosa. Jagalah semua panca indera dari hal-hal yang dilarang-Nya. Diawali dengan niat dan kesadaran ingin lebih mengenal-Nya, dekat dengan-Nya, mencintai-Nya. Setiap kali akan tergelincir, segera ingatlah Allah dan beristighfarlah. Percayalah…. engkau akan bisa merasakan Ia datang menyambutmu. Hatimu melunak melembut, pikiran dan perasaan menjadi tenang, engkau akan menjadi orang yang pemurah, shalat menjadi nikmat dan engkau akan menjadi suami yang baik, menjadi bapak yang hebat, menjadi tetangga yang menyenangkan.

Setelah mendapatkan ini, syukuri dan menangislah…. wahai saudaraku. Yaa Allah,….. inilah nikmat yang kucari, yang hilang selama ini, tertutup dengan kesombongan dan durhakaku kepadaMu. Jangan cabut lagi rasa ini, Yaa Allah…. Perkenankan rasa ini terus bisa kunikmati hingga tiba saatnya menemui-Mu.

Saudaraku… pertahankan nikmat ini, dengan terus istiqomah menjauhi ma’shiyat, taat terhadap perintah-Nya, berbuat baik kepada sesama. Saudaraku… semoga Allah kelak mengumpulkan kita di surga-Nya, dan kita akan membincangkan hal indah ini lagi di sana…. Amin

Mengukur Kualitas Spiritual


Apa yang kita dengarkan ketika seorang diri mengendarai mobil, atau seorang diri di kamar? Kita mungkin memutar bacaan Al-Quran (murattal), lagu-lagu ruhani atau lagu-lagu cinta. Apa yang kita putar menunjukkan kondisi spiritual kita. Demikian juga, apa yang kita lakukan di waktu senggang menunjukkan kualitas keimanan diri kita saat itu.

Jika jiwa kita merasa senang dan tenteram mendengar murattal Al Quran, senang mendengar syeikh Sudais, Shuraim, Matrud, berarti kondisi spiritual kita sedang sangat prima. Bersyukurlah, dan pertahankan! Kita sedang merasakan nikmatnya ekstasi jiwa, tubuh kita banyak memproduksi hormon endorfin yang menenangkan.

Jika kita lebih senang mendengar nasyid atau lagu ruhani, bersyukurlah juga berarti kondisi spiritual baik dan cukup prima. Apalagi jika senang mendengarkan lagu-lagu perjuangan, renungan tentang kehidupan, pujian kepada Allah, atau shalawat yang diiringi kerinduan berjumpa dengan Rasulullah SAW.

Pada derajat yang lebih rendah, kita lebih senang mendengar lagu-lagu ruhani yang berkaitan tentang percintaan dan romantisme. Masih bagus juga, koq.

Pada kondisi maknawiyah yang di bawahnya lagi, jiwa ini senang mendengar instrumentalia, yang kita anggap sebagai refleksi suara alam. Sebagian dari kita berargumen bahwa, beberapa jenis instrumentalia bisa berfungsi sebagai hypno-therapy, karena dapat menyesuaikan gelombang otak mencapai gelombang alpha yang menenangkan. Namun ternyata, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Malaysia, mendengarkan murottal dapat secara cepat mencapai gelombang alpha, bahkan membaca atau mendengar Al Quran dengan penghayatan yang kuat bisa mencapai kondisi trans (delta), seperti rasa haru, menangis dan khusyu’ yang dalam. Penelitian lain menunjukkan, dampak menenangkan dari mendengar murottal lebih kuat dan lebih lama daripada menggunakan musik instrumentalia. Seseorang yang mengendarai kendaraan diiringi dengan mendengar murattal, maka ia akan lebih konsentrasi dan tidak mudah mengantuk.

Pada kondisi spiritual terlemah, jiwa ini lebih suka mendengar lagu-lagu percintaan barat maupun Indonesia. Lagu-lagu dengan berbagai jenis musik kontemporer, seringkali menggunakan bit yang cepat dan baru bagus jika didengarkan dengan power yang kuat dan sound system yang berkualitas tinggi. Seringkali syairnya hanya berisi syahwat, mengumbar nafsu, dan terkadang melabrak rambu-rambu moral. Lagu-lagu seperti ini dalam jangka panjang akan membawa pikiran sadar maupun bawah sadar kepada gelombang beta yang memiliki karakteristik meningkatkan tingkat depresi, rasa resah, lelah.

Ketika kita memiliki waktu luang, untuk apa kita gunakan? Ketika banyak kita gunakan untuk nonton TV, banyak bengong dan tidur menunjukkan kondisi ruhiyah yang lemah. Seringkali muncul pikiran berkecamuk hebat, dengan tingkat depresi tinggi, namun tidak tahu harus berbuat apa, dan pada akhirnya tingkat produktifitas diri menjadi rendah.

Sebaliknya, jika kita memiliki kondisi ruhiyah yang prima, waktu demi waktu berjalan demikian berharga dan menyenangkan. Sebagian waktu malam kita gunakan untuk kontemplasi, dimana sejuknya embun iman terasa mengisi relung-relung jiwa. Shalat fajar sangat sayang untuk ditinggalkan karena lebih baik dari dunia dan seisinya. Perjalanan menuju mesjid untuk shalat shubuh berjama’ah menjadi saat-saat yang indah. Kaki melangkah dengan satu kebaikan di tiap langkahnya, sembari bergumam: “Allahummaj’al fii qolbii nuuro, wa fii lisaani nuuro…..“.

Keimanan pada sunnah Rasulullah menjadikan kita enggan untuk langsung tidur habis shalat shubuh. Tidur sehabis shubuh adalah menolak rizki, sebagaimana tidur antara ashar dan maghrib dapat menjadi pintu datangnya penyakit. Waktu yang Allah sediakan antara shubuh hingga dhuha, sangat nikmat kita gunakan membaca wirid Al Ma’tsurat Kubro disambung dengan tilawah Al Quran beberapa lembar. Betapa nikmatnya hari yang diawali dengan amalan ibadah seperti ini.

Melaksanakan hal di atas pasti berat jika belum terbiasa, namun jika sudah menjadi kebiasaan akan sangat luar biasa untuk kehidupan kita. Jika tidak ada keperluan penting, jangan tidur terlalu malam agar dapat bangun dini hari dalam keadaan segar. Serta hindari maksyiat, perbanyak istighfar, insya Allah kita akan dimudahkan untuk melaksanakan semua kebaikan di atas. Wallahu a’lam.

Kamar Hotel sebagai Mihrab


Seringkali, tuntutan tugas membuat kita harus menginap di hotel. Banyak orang terperosok ke lembah kemaksyiatan ketika bermalam di luar kota jauh dari keluarga, apalagi hanya seorang diri dan tidak dikenal oleh penduduk kota tersebut. Mulai sekarang syukurilah, jika Anda mendapat kesempatan bermalam di kamar hotel, karena Anda memiliki peluang untuk merasakan kenikmatan tiada tara, berkhalwat dengan Allah SWT di Mihrab kamar hotel Anda.
Ingatlah, Allah dan para malaikat-Nya tetap bersama kita walaupun kita jauh dari rumah. Jauhi maksyiat dan jangan sampai ikut-ikutan rekan kita yang biasanya lupa diri dan merasa bebas di tanah orang. Percayalah, maksyiat akan lebih banyak merugikan kita. Mulai dari berkurangnya atau hilangnya rasa cinta kepada keluarga, hilangnya keimanan dan nikmatnya ibadah, rasa stress dan depresi yang berkepanjangan. Belum lagi resiko ketahuan dan cemarnya nama baik kita, yang bisa menghapus kerja dan citra diri yang sudah kita bangun berpuluh-puluh tahun, ditambah resiko tertular penyakit. Jika belum cukup, ingatlah nikmat-nikmat yang telah Allah berikan, istri yang shalihah, anak-anak yang cerdas dan pintar, nikmat Iman, tegakah semua itu kita hianati?

Di Jakarta terlalu banyak pekerjaan dan beban pikiran. Kita sering tidur larut membuat kita susah bangun malam. Tubuh lelah, jiwa letih…. butuh istirahat tawaquf sejenak. Sekaranglah saatnya, Allah memberi kesempatan di kamar hotel ini, di tempat yang jauh dari beban pikiran dan pekerjaan, kita bisa memberi istirahat dan rihlah bagi jasad dan jiwa ini.

Langkah pertama, begitu memasuki kamar hotel yang masih rapi, bayangkanlah nanti malam tempat ini akan menjadi mihrab kita bermesraan dengan Allah SWT. Usahakan tidur jangan terlalu malam, agar bangun dini hari dalam keadaan fresh dan segar.

Bawalah selalu sajadah di tas Anda. Siapkan mihrab Anda sebelum tidur. Bangkitkan kerinduan pada Khaliq sebelum lelap di pembaringan. Usir semua gangguan syetan, dengan membaca ayat kursi, mu’awidzatain dan al-Ikhlash. Tidurlah dengan tenang dengan ridho dan kecintaan-Nya. Pasang alarm untuk menjamin kita bangun pada waktu yang kita inginkan.

Bangun dini hari, pujilah Allah, yang telah membangunkan kita kembali dari tidur, sebagaimana nanti Ia akan menghidupkan kita kembali dari kematian. Saat ini, alam tengah memancarkan gelombang Alfa kekhusyu’an. Hati kita pun merasa khusyu’ menahan kerinduan bertemu dengan-Nya. Pakailah busana terbaik nan suci, pakailah wewangian sebagai aromatherapy penambah kekhusyu’an. Nikmatilah ruku’ dan sujudmu, tumpahkan air matamu… rasakan kasih sayang-Nya meliputi tubuh-Mu…. Asma-Nya mengisi relung hatimu… Itulah kenikmatan hakiki….

Malam Hidayah


Malam ini, seorang hamba mengalami pengalaman spiritual, yang Subhanallah….. Prosesnya diawali dengan keinginannya yang kuat untuk semakin mengenal-Nya. Setiap habis shalat, terutama shalat lima waktu, ia selalu ingin dalam keadaan khusyu yang optimal. Sehabis shalat, masih merasakan nuansa khusyu, saat merasa dekat dengan Allah, selalu ia gunakan untuk berdo’a dengan menggunakan seluruh perasaan, memohon apa-apa yang ia inginkan dari Allah SWT. Waktu shalat menjadi waktu-waktu yang mengasyikkan, dan waktu shalat menjadi waktu-waktu yang selalu dinanti kedatangannya.

Sang hamba ini, tiba-tiba tersadar bahwa rasa cinta adalah anugerah dari Allah SWT. Jika Allah cabut rasa cinta, dari seorang hamba kepada isterinya, bayangkan betapa hancur rumah tangganya, bahkan bisa menghancurkan karir dan seluruh hidupnya. Dan rasa cinta ini, semata-mata karunia dan hadiah dari Allah, tidak bisa kita nalar, tidak bisa kita logika, tidak bisa dibeli dengan emas permata. Jika Allah masih menyuburkan rasa cinta dihatimu kepada pasangan hidupmu, bersyukurlah sedalam-dalamnya kepada Sang Maha Pemberi Cinta. Syukuri dan peliharalah cinta tersebut agar senantiasa bersemai subur dalam hatimu.

Setelah itu, sang hamba merasakan keheningan malam, dimana alampun menghamparkan nuansa kekhusyu’an, tiba-tiba gelombang kekhusyu’an menerpa batin dan raganya. Seketika muncul kerinduan untuk bermesraan dengan Rabb-nya. Dengan sangat jelas, Ia dapat merasakan cinta-Nya. Tanpa merasa berat dan merasa terpaksa sedikitpun, tidak mengindahkan dinginnya malam, ia mandi menghilangkan hadats besar, bersuci karena ingin segera menghadap Kekasihku. Dan mengenakan pakaian terbaiknya.

Teringat firman Allah SWT dalam hadis Qudsi, ”Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta.”.

Inilah yang ia rasakan, jika Allah menghendaki, dijadikannya ringan untuk merasakan kenikmatan iman, mudah menapaki jalan syariat-Nya.

Detik-detik selanjutnya ia telah berada di nirwana-Nya. Ia merasakan ekstasi kenikmatan shalat malam yang tiada taranya, pantaslah seorang tabi’in mengatakan… “Jika tidak ada waktu-waktu indah di sepertiga malam, aku tidak akan betah hidup di dunia ini”. Ya Allah, jika Engkau berkenan, maka mudahlah jalan bagiku untuk mengenal-Mu, untuk taat kepada-Mu. Ya Rabb, jangan Engkau balik kembali hati kami ini setelah Engkau beri petunjuk kepada Kami…”.

Linangan air mata saat beribadat kepada-Nya, diiringi kekhusyu’an jiwa membuat hati bisa memahami ayat-ayat-Nya. Pemahaman yang tidak bisa dilakukan oleh akal pikiran. Pantaslah dalam Al Quran, memahami itu dilakukan oleh hati. Membaca surah Adh-Dhuha dan Alam Nasyrah seakan-akan baru pernah membaca saat itu. Merasakan dengan mendalam bahwa akhirat lebih utama dari dunia. Dan Allah kelak akan memberikan karunia-Nya kepada kita hingga kita puas. Hati demikian tersentuh ketika Allah mengingatkan dulu engkau yatim dan Allah melindungimu, dulu kita berada dalam kesesatan dan Allah memberikan hidayah-Nya, dulu kita kekurangan dan sekarang Dia memberikan kita kecukupan. Bukankah demikian halnya diri kita? Air mata berderai….. betapa selama ini kita kurang bersyukur kepada-Nya. Buktinya…. Kita belum berlaku baik kepada anak yatim, dan terkadang suka mengusir peminta-minta. Terlintas beraneka kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan, namun belum kita syukuri dengan semestinya. Maka pantaslah bila Allah belum menambah kenikmatan-Nya, sedang kenikmatan yang sudah adapun belum kita syukuri.

Surat Alam Nasyrah demikian melapangkan dada menghadapi kehidupan dunia yang menyesakkan. Surat ini cukup untuk mengobati stress akibat beban kehidupan yang berat. Cukuplah surat ini sebagai obat stress bagi yang mau menggunakannya. Dengan meyakini bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Yakin bahwa Allah akan memberikan kita kemudahan, maka laluilah kesulitan yang kita hadapi dengan ikhlas. Caranya kerjakan semua pekerjaan satu demi satu dengan sebaik-baiknya, dan jangan lupa untuk tetap menggantungkan harapan kepada Allah SWT.

Surah yang sama, ayat yang sama, namun jika Allah tidak menunjuki, seseorang bisa tidak mendapatkan apa-apa. Ya Allah limpahkanlah untuk kami hidayah-Mu, dan kepada keluargaku, Isteri dan anak-anakku, karena hidayah-Mu lah mereka menjadi generasi penegak shalat dan pengamal Al-Quran. Ya Allah, perkenankan hamba untuk semakin mengenal-Mu, perkenankan hamba untuk senantiasa bergantung kepada-Mu, memohon pertolongan-Mu…. Hingga hamba menghadap-Mu.

8 Nasihat Umar bin Khatthab RA :

1. Barang siapa meninggalkan ucapannya yang tidak perlu, maka ia akan diberi hikmah
2. Barang siapa meninggalkan penglihatannya yang tidak perlu, maka dia akan diberi kekhusu'an dalam hati.
3. Barang siapa meninggalkan makan yang berlebihan, maka dia akan diberi kenikmatan dalam beribadah.
4. Barang siapa meninggalkan tertawa yang berlebihan, maka dia akan deberi kewibawaan.
5. Barang siapa meninggalkan humor, maka dia akan dapat kehormatan.
6. Barang siapa meninggalkan cinta dunia, maka dia akan diberikan kecintaan kepada akhirat.
7. Barang siapa meninggalkan perhatiannya kepada aib orang lain, maka dia akan diberi kemampuan untuk memperbaiki aib sendiri.
8. Barang siapa yang meninggalkan penelitian tentang bagaimana wujud Allah, maka dia akan terhindar dari nifak.
(Nashoihul 'Ibad, hal 214 karya Imam Nawawi )